Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Soroti Kebijakan Daerah yang Dinilai Semakin Diskriminatif

Kompas.com - 29/07/2019, 18:04 WIB
Christoforus Ristianto,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Pendidikan dan Penyuluhan Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia, Beka Ulung Hapsara mengatakan, kebijakan daerah yang diskriminatif terhadap kelompok minoritas semakin meningkat.

"Yang menarik bagi Komnas HAM saat ini dan menjadi fokus bersama adalah meningkatnya kebijakan daerah yang diskriminatif terhadap kelompok rentan dan minoritas, ini juga semakin banyak," ujar Beka saat diskusi pengenalan acara Festival HAM 2019 di Hotel Oria, Jakarta Pusat, Senin (29/7/2019).

Ia menyebutkan, kebijakan daerah yang diskriminatif tersebut lebih banyak dalam bentuk surat edaran dan surat keputusan bupati yang bersifat subyektif.

Baca juga: Kisah Slamet, Melawan Peraturan Dusun yang Diskriminatif di Bantul

Menurut Beka, fenomena kebijakan daerah diskriminatif itu perlu diwaspadai saat ini dan pemerintah pusat hingga daerah perlu meningkatkan kontrol terhadap kebijakan yang timpang.

"Kebijakan daerah diskriminatif bukannya berkurang, malah semakin bertambah," ucap Beka.

"Itu lebih banyak berupa surat edaran dan surat keputusan bupati. Ini fenomena yang harus kita waspadai," tuturnya.

Akan tetapi, Beka tidak menjelaskan secara rinci berapa persentase kenaikan kebijakan daerah yang diskriminatif.

Beka mencontohkan, kebijakan daerah yang diskriminatif akhir-akhir ini terjadi seperti polemik pendirian tempat ibadah yang terjadi di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Baca juga: Debat Capres Diharapkan Angkat Isu Perlindungan Hak Kelompok Minoritas

Seperti diberitakan, warga di RT 34 di Dusun Bandut Lor, Desa Argorejo, Sedayu, Bantul, menolak penggunaan rumah tinggal untuk tempat ibadah di wilayah mereka.

Alasannya, pemilik rumah sudah menandatangani kesepakatan tidak mendirikan tempat ibadah yang sudah dilakukan sejak tahun 2003.

"Permasalahannya, Bupati Bantul mencabut izin mendirikan bangunan (IMB) yang sudah diterbitkan terhadap Gereja Pantekosta di Indonesia. Kemudian, karena desakan dari kelompok intoleran, IMB tersebut dicabut," tutur Beka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com