Dalam pesan, disebutkan bahwa Nila ditangani oleh Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto selaku Kepala RSPAD.
Atas kabar tersebut, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kementerian Kesehatan Widyawati mengungkapkan bahwa Nila tidak sedang menjalani pengobatan.
"Ibu Menteri Kesehatan (Menkes) dalam kondisi prima dan tidak menjalani terapi apa pun," ujar Widyawati kepada Kompas.com pada Kamis (27/6/2019).
Faktanya, pada Rabu (26/6/2019) Nila tengah berada di Tokyo, Jepang mengunjungi Panti Izumien Eldery Care dan Sakuraen Elderly Care.
Dalam kesempatan itu, Nila menemui 19 perawat lulusan Indonesia yang bekerja di Jepang sebagai caregiver.
Selain itu, Widyawati mengimbau masyarakat untuk lebih hati-hati atas segala jenis informasi yang diterima dan tidak menyebarkan hoaks tersebut.
Baca juga: [HOAKS] Menkes Jalani Terapi DSA di RSPAD Gatot Soebroto
Kabar mengenai jual-beli darah hasil donor dengan harga mahal menjadi viral di media sosial Facebook pada Rabu (23/6/2019).
Post tersebut, dilengkapi dengan foto ilustrasi seseorang melakukan donor darah dan dibubuhkan kutipan berbunyi: "Disaat Kita Donor Darah dengan Sukarela dan Gratis, Lantas Kenapa Darah Kita Diperjualbelikan dengan Mahal".
Hingga Kamis (27/6/2019) siang, unggahan itu telah dibagikan sebanyak lebih dari 1.000 kali oleh pengguna Facebook lainnya.
Menyikapi hal itu, Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) Bidang Unit Transfusi Darah dan Rumah Sakit Linda Lukitasari mengungkapkan bahwa pihaknya sama sekali tidak pernah melakukan praktik jual-beli darah.
"Untuk pelayanan darah tidak ada mafia atau jual-beli darah. Tapi ada sesuai peraturan pemerintah yang disebut Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD)," ujar Linda kepada Kompas.com pada Kamis (27/6/2019).
BPPD merupakan biaya operasional yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan darah agar terbebas dari infeksi menular.
Linda mengungkapkan bahwa BPPD menetapkan biaya per satu kantong darah sebesar Rp 360.000.
Selain itu, biaya BPPD ditanggung oleh pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Atas beredarnya kabar ini, Linda mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap suatu informasi yang belum jelas kebenarannya.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Ada Mafia Lakukan Jual-Beli Darah Hasil Donor
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam pekan ini dikabarkan jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya.
Atas kabar tersebut, muncul spekulasi yang menyebutkan bahwa Risma dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri.
Adapun, kabar tersebut tersebar melalui aplikasi pesan WhatsApp pada Rabu (26/6/2019) malam.
Menanggapi hal itu, Kepala Bagian Humas Pemkot Suabaya, M Fikser membantah informasi simpang siur yang tersebar di media sosial mengenai kondisi Risma yang memburuk.
"Tidak benar, itu hoaks. Keadaan Ibu (Risma) baik. Bahwa Bu Risma dalam keadaan tak sadarkan diri dan drop, itu tidak benar. Kami di sini sampai malam kok, sampai pukul 02.00 WIB dini hari, enggak ada apa-apa,” ujar Fikser saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (27/6/2019).
Fikser mengatakan bahwa Risma sempat tidak sadarkan diri karena pengaruh obat bius agar Risma bisa beristirahat total.
Namun, setelah pengaruh obat bius tersebut hilang, Risma kembali tersadarkan diri dan merespons.
Menyikapi banyaknya kabar bohong yang beredar di media sosial tentang Risma, Fikser mengatakan agar masyarakat lebih baik memberikan doa untuk kesembuhan Risma.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Kondisi Kesehatan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.