KOMPAS.com - Maraknya kabar bohong, hoaks, misinformasi, dan disinformasi hingga kini masih dapat ditemukan di beberapa media sosial dan aplikasi pesan WhatsApp.
Berbagai kabar bohong ini membuat masyarakat menjadi resah dan cemas terhadap informasi yang masih belum jelas kebenarannya.
Ada juga dampak negatif yang bisa merugikan sejumlah pihak akibat banyak yang tidak cermat dalam memilih dan memilah informasi yang beredar.
Dengan demikian, harapannya masyarakat bisa bersikap selektif dan jeli atas informasi yang mereka dapatkan.
Pekan ini, Kompas.com telah merangkum adanya tiga hoaks, empat klarifikasi, dan satu fakta pada 24-28 Juni 2019. Berikut rinciannya:
Kabar kecurangan yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) kembali tersebar di media sosial. Kali ini unggahan itu dibuat oleh akun Facebook bernama Reza Ananta pada Jumat (21/6/2019).
Post itu berisi informasi kecurangan yang dilakukan KPU pada proses penghitungan suara Pilpres 2019. Unggahan disertai dengan foto orang tua yang disebut sebagai ahli demokrasi asal Jepang, yaitu Profesor Tokuda.
Dalam foto yang disertai dengan penjelasan foto, Prof Tokuda tengah memegang selembar kertas berisi hasil penghitungan suara yang menunjukkan suara untuk Prabowo-Sandi sebesar 61 persen. Sementara perolehan suara untuk Jokowi-Ma'ruf hanya 38 persen.
Setelah ditelusuri melalui penelusuran gambar digital, diperoleh fakta bahwa orang tua dalam foto yang diunggah Reza bukanlah seorang ahli demokrasi.
Sosok sebenarnya dari lelaki itu bernama Shigeo Tokuda (84), seorang bintang porno asal Jepang yang sudah banyak terlibat dalam film-film dewasa.
Baca juga: [HOAKS] Profesor Tokuda dari Jepang Buktikan Kecurangan KPU
Dalam foto sebenarnya, Tokuda tidak memegang selembar kertas yang menunjukkan hasil penghitungan suara Pilpres di Indonesia, melainkan sebuah poster salah satu video porno yang ia bintangi.
Diketahui, foto tersebut diambil oleh seseorang bernama Yoshikazu Tsuno di sebuah toko video di Tokyo pada 5 Maret 2009.
Informasi terkait semut charlie yang biasa dikenal sebagai tomcat beredar luas di media sosial Facebook dan aplikasi pesan WhatsApp pada pekan ini.
Dalam pesan itu, disebutkan bahwa semut charlie dapat menyebabkan ruam pada kulit yang cukup parah.
Adapun kabr itu dilengkapi dengan foto balita yang diduga merupakan korban dari efek gigitan semut charlie. Balita itu mengalami luka bakar yang cukup serius di area wajah.
Sementara, untuk informasi terkait semut charlie yang beredar di aplikasi pesan WhatsApp menyebutkan hal yang sama, namun ada tambahan mengenai anjuran untuk menyemprotkan racun serangga jika menemui hean ini di sekitar rumah.
Menanggapi maraknya informasi tentang semut charlie, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjelaskan bahwa foto yang digunakan dalam penyebaran informasi semut charlie adalah foto lama yang ditayangkan ulang dengan keterangan yang berbeda.
Faktanya, anak kecil dalam foto merupakan korban yang terkena sindrom Linear Nevus Sebaceous, sebuah penyakit yang disebabkan mutasi gen.
Sedangkan semut charlie yang disebut-sebut berbahaya, sebenarnya adalah serangga rove beetle atau di Indonesia dikenal dengan tomcat.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Gigitan Semut Charlie Sebabkan Ruam pada Kulit
Melengkapi keterangan tentang tomcat, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi menyampaikan bahwa hewan ini bukanlah jenis semut, tetapi kumbang (Coleoptera) dari family Staphylinidae dengan nama ilmiah Paederus fuscipes.
Menilik efek gigitan yang ditimbulkan sebagaimana disebut dalam media sosial, Vahyo membenarkan bahwa kumbang jenis ini memiliki zat bernama paderin yang dapat menyebabkan kulit terbakar dan melepuh.
Selain itu, Cahyo juga menjelaskan apabila serangga tersebut merasa terganggu atau terancam, ia akan mengeluarkan zat yang akan menyebabkan inflamasi atau peradangan pada kulit.
Diketahui, video itu bermula dari unggahan Khairi Fazil bin Abdullah (akrab disapa Herry), yang merupakan pemilik motor Ducati Hypermotard 821. Informasi diperoleh melalui akun Twitter-nya, @HerySevani pada Rabu (19/6/2019).
Dalam video, terlihat tas GrabFood yang berisi lemang atau makanan yang terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu yang dibakar.
"Customer nak lemang, aku beli kan lemang. Jangan takut kalau order dengan aku. Aku buat penghantaran paling cepat dari orang lain (jika pelanggan ingin lemang, aku belikan lemang. Jangan takut pesan, meski proses pengantaran lebih cepat dari orang lain)," tulis Herry dalam twitnya.
Menanggapi videonya yang viral di media sosial, Herry mengungkapkan bahwa alasan ia memakai motor Ducati karena ingin membantu mengantarkan pesanan teman-temannya.
"Aku pakai Ducati Hypermotard 821 itu buat Grab, karena ingin cepat (dalam menerima dan mengantarkan pesanan) dan membantu teman-teman," ujar Herry kepada Kompas.com pada Senin (24/6/2019).
Herry juga bercerita bahwa ia telah memiliki motor Ducati Hypermotard 821 sudah tiga tahun lamanya. Ia mengungkapkan bahwa pada saat itu dirinya membeli dengan harga 70.000 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 240 juta.
Selain itu, Herry mengaku jika pekerjaannya sebagai pengemudi GrabFood merupakan pekerjaan sambilan. Sementara pekerjaan tetapnya, yakni menjual sparepart motor Vespa di ART DECORATION, Malaysia.
Dalam sehari, Herry bisa mengantarkan hingga 15 pesanan yang terdiri dari 5 trip melalui pesan pribadi dan 10 trip melalui aplikasi.
Adapun keuntungan yang didapat dalam sehari berkisar Rp 250.000.
Baca juga: [FAKTA] Pengemudi GrabFood Pakai Motor Ducati Rp 240 Juta
Aksi oknum polisi sedang marah-marah terekam dalam video yang diunggah oleh akun Instagram Warung Jurnalis, @warung_jurnalis pada Senin (24/6/2019).
Dalam video berdurasi sekitar 1 menit ini, oknum polisi tidak mau membayar minuman teh hangat yang ia pesan seharga Rp 1.000 di warung nasi bebek.
Terdengar juga bahwa anggota polisi itu sempat mengancam akan mengusir pedagang nasi bebek tersebut.
"Apa gue usir sekarang, ngerti enggak? Setan lo. Makan kok minum bayar, makan tuh harus ada minum di mana pun, di Padang juga ada minum. Kecuali minum ini (menunjuk kemasan air mineral) harus bayar, ngerti enggak," ujar anggota polisi itu sambil membentak pedagang.
Kemudian, di akhir video diperlihatkan anggota polisi yang marah-marah itu mendapatkan sanksi berupa hormat bendera di halaman Polres Bekasi.
Mengetahui hal itu, Kapolres Metro Kota Bekasi Kombes Indarto mengatakan bahwa anggota polisi yang tertangkap video bernama Aiptu Mursid.
Indarto juga mengungkapkan bahwa permasalahan antara kedua belah pihak telah diselesaikan secara kekeluargaan.
"Penjual dan yang bersangkutan sudah musyawarah dan sudah minta maaf," ujar Kombes Indarto saat dikonfirmasi wartawan pada Selasa (25/6/2019).
Atas tindakan marah-marah yang dilakukan Aiptu Mursid, ia mendapatkan sanksi hormat bendera di halaman Polres Kota Bekasi pada Senin (24/6/2019).
Baca juga: [KLARIFIKASI] Penjelasan soal Polisi yang Marah karena Tak Mau Bayar Teh
Kabar mengenai mobil pemadam kebakaran (damkar) sedang diamuk massa terekam dalam video yang diunggah oleh akun Facebook "Sedhulur AE dan Seputar Informasi Viral Terkini" beredar luas di media sosial pada Senin (24/6/2019).
Amukan massa itu terlihat dengan adanya aksi pelemparan batu dan bambu yang ditujukan ke mobil pemadam kebakaran.
Diketahui, kejadian tersebut terjadi karena mobil damkar terlambat datang saat ada kebakaran yang terjadi di Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Sementara, pada akun Nur Fiqriani, disebutkan bahwa video viral mengenai mobil damkar yang diamuk massa merupakan kejadian lama yang terjadi pada 2015 lalu.
Menanggapi hal itu, Komandan Regu Pemadam Kebakaran Kabupaten Batang, Rudi membenarkan bahwa kejadian mobil damkar yang diamuk massa benar terjadi di wilayahnya.
"Iya, betul (di Kabupaten Batang), Kecamatan Batang," ujar Rudi saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (26/6/2019).
Rudi mengungkapkan, kejadian dalam video merupakan demo yang dilakukan warga setempat yang berprofesi sebagai nelayan di Kabupaten Batang pada 2015.
Adapun demo nelayan itu dipicu karena larangan penggunaan cantrang untuk mengambil ikan.
Selain itu, Rudi mengatakan bahwa atas kejadian tersebut, tidak ada korban jiwa dan mengakibatkan satu unit mobil damkar rusak parah, terutama di bagian kaca depan mobil.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Video Mobil Damkar Diamuk Massa di Batang
Nila mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto di Senen, Jakarta Pusat.
Dalam pesan, disebutkan bahwa Nila ditangani oleh Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto selaku Kepala RSPAD.
Atas kabar tersebut, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kementerian Kesehatan Widyawati mengungkapkan bahwa Nila tidak sedang menjalani pengobatan.
"Ibu Menteri Kesehatan (Menkes) dalam kondisi prima dan tidak menjalani terapi apa pun," ujar Widyawati kepada Kompas.com pada Kamis (27/6/2019).
Faktanya, pada Rabu (26/6/2019) Nila tengah berada di Tokyo, Jepang mengunjungi Panti Izumien Eldery Care dan Sakuraen Elderly Care.
Dalam kesempatan itu, Nila menemui 19 perawat lulusan Indonesia yang bekerja di Jepang sebagai caregiver.
Selain itu, Widyawati mengimbau masyarakat untuk lebih hati-hati atas segala jenis informasi yang diterima dan tidak menyebarkan hoaks tersebut.
Baca juga: [HOAKS] Menkes Jalani Terapi DSA di RSPAD Gatot Soebroto
Kabar mengenai jual-beli darah hasil donor dengan harga mahal menjadi viral di media sosial Facebook pada Rabu (23/6/2019).
Post tersebut, dilengkapi dengan foto ilustrasi seseorang melakukan donor darah dan dibubuhkan kutipan berbunyi: "Disaat Kita Donor Darah dengan Sukarela dan Gratis, Lantas Kenapa Darah Kita Diperjualbelikan dengan Mahal".
Hingga Kamis (27/6/2019) siang, unggahan itu telah dibagikan sebanyak lebih dari 1.000 kali oleh pengguna Facebook lainnya.
Menyikapi hal itu, Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) Bidang Unit Transfusi Darah dan Rumah Sakit Linda Lukitasari mengungkapkan bahwa pihaknya sama sekali tidak pernah melakukan praktik jual-beli darah.
"Untuk pelayanan darah tidak ada mafia atau jual-beli darah. Tapi ada sesuai peraturan pemerintah yang disebut Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD)," ujar Linda kepada Kompas.com pada Kamis (27/6/2019).
BPPD merupakan biaya operasional yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan darah agar terbebas dari infeksi menular.
Linda mengungkapkan bahwa BPPD menetapkan biaya per satu kantong darah sebesar Rp 360.000.
Selain itu, biaya BPPD ditanggung oleh pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Atas beredarnya kabar ini, Linda mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap suatu informasi yang belum jelas kebenarannya.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Ada Mafia Lakukan Jual-Beli Darah Hasil Donor
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam pekan ini dikabarkan jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya.
Atas kabar tersebut, muncul spekulasi yang menyebutkan bahwa Risma dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri.
Adapun, kabar tersebut tersebar melalui aplikasi pesan WhatsApp pada Rabu (26/6/2019) malam.
Menanggapi hal itu, Kepala Bagian Humas Pemkot Suabaya, M Fikser membantah informasi simpang siur yang tersebar di media sosial mengenai kondisi Risma yang memburuk.
"Tidak benar, itu hoaks. Keadaan Ibu (Risma) baik. Bahwa Bu Risma dalam keadaan tak sadarkan diri dan drop, itu tidak benar. Kami di sini sampai malam kok, sampai pukul 02.00 WIB dini hari, enggak ada apa-apa,” ujar Fikser saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (27/6/2019).
Fikser mengatakan bahwa Risma sempat tidak sadarkan diri karena pengaruh obat bius agar Risma bisa beristirahat total.
Namun, setelah pengaruh obat bius tersebut hilang, Risma kembali tersadarkan diri dan merespons.
Menyikapi banyaknya kabar bohong yang beredar di media sosial tentang Risma, Fikser mengatakan agar masyarakat lebih baik memberikan doa untuk kesembuhan Risma.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Kondisi Kesehatan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.