Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari RPKAD ke Kopassus, Ini Perjalanan Pasukan Baret Merah TNI AD

Kompas.com - 16/04/2019, 14:03 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah memproklamasikan diri pada 17 Agustus 1945, Indonesia memahami kebutuhan akan militer untuk mempertahankan kedaulatan.

Pembela Tanah Air yang dibentuk Jepang mulai dilebur menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR). Mereka pun mulai bergerak melucuti senjata Jepang.

Status Peta dan BKR meningkat menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian terbagi dalam tiga matra, darat, laut, dan udara.

TKR kemudian berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan membuat satuan-satuan khusus untuk mengatasi sejumlah tantangan saat itu, salah satunya separatisme.

Akhirnya, pada 16 April 1952 salah satu pasukan elite yang kini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus) akhirnya dibentuk. Satuan ini dikenal dengan baret merahnya.

Baca juga: Detik-detik Menegangkan Operasi Senyap Kopassus dan Kostrad Bebaskan Sandera di Papua

Halau separatisme

Pasukan Baret Merah KopassusEDDY HASBY Pasukan Baret Merah Kopassus
Kedaulatan Indonesia terganggu ketika beberapa kelompok daerah melakukan pemberontakan untuk memisahkan diri. Salah satunya adalah ketika Indonesia menghadapi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Dilansir dari Kopassus.mil.id, perwira militer ketika itu mulai melakukan serangkaian operasi untuk menumpas pemberontakan tersebut. Namun, operasi ini memakan korban dari pihak TNI yang tak sedikit.

Kendalanya bukan dari perlengkapan yang lebih baik, namun karena semangat dari pasukan musuh lebih tinggi dibarengi dengan taktik pengalaman tempur yang lebih baik.

Akhirnya, Kolonel AE Kawilarang dan Letnan Kolonel Slamet Riyadi mempunyai gagasan untuk membentuk pasukan khusus untuk menumpas gerakan tersebut dengan kualifikasi pasukan yang lebih baik.

Belum sempat terwujud, Slamet RIyadi gugur dalam misi perebutan pertahanan terakhir RMS di Benteng Niew Victoria, Ambon.

Gagasan itu baru dapat diwujudkan dua tahun kemudian oleh Kawilarang yang saat itu menjabat Panglima Tentara dan Teritorium (TT) III/ Siliwangi.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 16 April 1992, Kawilarang dibantu Mayor RB Visser alias Mochamad Idjon Djanbi.

Idjon Djanbi merupakan mantan anggota Korps Speciale Troepen (KST), pasukan khusus tentara Kerajaan Belanda dan tercatat pernah bertempur dalam Perang Dunia II.

Akhirnya, pada 16 April 1952, Tentara dan Teritorium III/Siliwangi ditetapkan menjadi Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium (Kesko TT) III/ Siliwangi. Djanbi dipercaya menjadi komandan pertama.

Pendidikan komando angkatan pertama dibuka pada 1 Juli 1952 di Batujajar, diikuti 400 siswa. Lulusan dari pendidikan ini merupakan militer dengan kualifikasi komando yang mempunyai keahlian khusus.

Baca juga: Gempa NTB, TNI Terjunkan 140 Personel Kopassus Evakuasi Wisatawan di Gunung Rinjani

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com