Pada 1953 status teritorial Kesko dialihtugaskan dari Panglima III/Siliwangi kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD). Nama Kesko TT III berubah menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Pada 1955 satuan KKAD dikembangkan menjadi resimen sehingga namanya pun diubah menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Akhirnya pada 26 Oktober 1959 nama RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pangkalan RPKAD dipindahkan ke Cijantung dan SPKAD tetap di Batujajar. Dalam kurun 1962-1966, nama resimen ini disingkat Menparkoad.
Pada 1966, resimen ini ditingkatkan menjadi Pusat Pasukan Khusus (Puspassus) AD, kemudian berganti nama lagi pada tahun 1971 menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha TNI AD. Pusat pendidikannya juga berubah nama menjadi Pusat Sandi Yudha dan Lintas Udara (Pussandha Linud).
Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sejak tahun 1985. Pasukan yang khas dengan baret merah ini memiliki moto Tribuana Chandraca Satya Dharma yang memiliki arti "Berani, Benar, Berhasil".
Peran dari pasukan Kopassus begitu banyak. Dari operasi menghadapi Partai Komunis Indonesia hingga operasi pemberontak lainnya. Namun, ternyata ada sederet operasi yang menyita banyak perhatian.
Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 16 April 2016, Resimen Kopassus (saat itu bernama Para Komando Angkatan Darat/RPKAD), jadi bagian dari Kontingen Garuda III di Kongo 1962-1963.
Mereka berhasil mengalahkan sekitar 2.000 pasukan pemberontak Kongo di tepi Danau Tanganyika. Keberhasilan Ini menjadi salah satu legenda hingga kini.
Keberhasilan itu merupakan buah dari pendidikan Para Komando yang antara lain mengajarkan untuk mengenal sosial-budaya wilayah penugasan.
Ketika itu, prajurit RPKAD di Kongo mengetahui adanya takhayul dan beragam kepercayaan yang hidup di masyarakat. Takhayul itu termasuk dipercaya para pemberontak yang sebagian tinggal di tepian barat Danau Tanganyika.
Pasukan RPKAD yang membungkus diri dengan jubah putih dan diiringi berbagai bunyi-bunyian, menyerang para pemberontak saat hari masih gelap. Mereka menyerbu dari Danau Tanganyika menggunakan perahu yang disamarkan.
Serangan ”hantu putih” itu mengejutkan pemberontak yang kemudian menyerah.
Sementara itu pada 1 April 1981, Kopassus juga melakukan operasi Woyla. Berada di Bandara Don Muang, Bangkok, mereka melakukan infiltrasi.
Baca juga: 28 Maret 1981, Pesawat Woyla Garuda Indonesia Dibajak
Sebanyak 24 pasukan berbaret merah menuju bagian belakang pesawat Garuda DC-9 yang dibajak oleh teroris. Sementara, 11 lainnya bergabung degan Angkatan Udara Kerajaan Thailand (RTAF).
Sesudah pintu darurat dan pintu bagian ekor terbuka, rentetan suara senapan memecah keheningan pada hari itu.
Bersamaan dengan itu terlihat pintu kokpit pesawat terbuka yang kemudian disusul dengan rentetan-rentetan suara senapan baru dan mengalirnya para penumpang DC-9 keluar pesawat.
Akhirnya operasi itu berhasil, sebanyak lima orang pembajak dilumpuhkan. 57 orang penumpang berhasil selamat. Operasi Woyla ini berhasil memantapkan kekuatan Kopassus di mata militer dunia.
Baca juga: Operasi Pembebasan Pesawat Woyla yang Dibajak, 3 Menit yang Menegangkan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.