JAKARTA, KOMPAS.com - "Ladies, tunjukkan pesonamu sekarang." Masih ingat dengan ungkapan yang menjadi andalan di program "Take Me Out" Indonesia?
Program tersebut mengingatkan kita pada salah satu pembawa acaranya, yaitu Choky Sitohang.
Pria yang acap disapa Choky tersebut kini berjuang masuk ke DPR RI periode 2019-2024 sebagai calon legislatif (caleg) daerah pemilihan I Jawa Barat.
Ia mewakili Partai Perindo untuk merebut satu dari tujuh kursi yang diperebutkan di dapil tersebut. Biasa berada di panggung sebuah acara televisi, kini Choky berlabuh dalam panggung perpolitikan.
Baca juga: Cerita Caleg: Buka-bukaan Arsul Sani soal Biaya Kampanye
Choky mengaku, sejak memutuskan menjadi caleg dan berkampanye lebih kurang tujuh bulan ini, ada sebuah pengorbanan yang harus lakukan dengan ikhlas.
"Yang menjadi tantangan, biasanya saya di dunia pertunjukkan dibayar. Setiap memberikan pelatihan public speaking, menjadi pembawa acara, menyanyi, itu ada nilai ekonominya. Sekarang terbalik, supaya bisa lolos ke Senayan, saya harus mengeluarkan ongkos, artinya itu kontribusi saya dan harus berkorban secara finansial," ujar Choky kepada Kompas.com, Selasa (9/4/2019).
Untuk itu, lanjut Choky, biaya politik menjadi caleg memang harus dimanajemen dengan baik. Meskipun sudah menjadi pesohor, hal itu bukan jaminan bahwa dirinya akan bisa lolos ke parlemen. Maka, biaya untuk memperkenalkan diri ke masyarakat pun harus diperhitungkan.
Baca juga: Cerita Caleg: Menangis Saat Minta Restu Keluarga hingga Datangi 712 Titik
Pria kelahiran Bandung, 10 Juli 1982 itu menuturkan, berdasarkan prinsip dan perhitungan biaya politiknya, dirinya dan tim sukses harus bekerja secara efektif, efesien, dan kreatif.
Cara-cara kreatif kerap ia lakukan sebagai salah satu cara untuk tidak mengeluarkan biaya yang banyak untuk kampanye.
"Misalnya saya memberikan pelatihan-pelatihan tidak berbayar kepada masyarakat, pelatihan publik speaking. Tapi saya tetap kampanye pintu ke pintu, namun memberikan pelatihan adalah salah satu strategi agar menekan ongkos politik," ungkapnya kemudian.
Baca juga: Cerita Caleg: Soal Ongkos Politik, Arsul Sani Berutang kepada Sang Ayah
Choky mengaku sudah mengeluarkan ratusan juta rupiah selama kampanye Pileg 2019. Beberapa kali biaya politik yang sudah ia tata dengan baik terkadang tidak akurat lantaran dinamika politik. Meskipun berupaya menekan, namun ongkos politik tetap keluar.
Kendati demikian, meskipun akan berujung pada pemborosan, Choky enggan hal itu dijadikan kambing hitam.
Baginya, menjadi caleg itu bukan hanya soal biaya politik saja, melainkan juga memposisikan diri sebagai calon wakil rakyat yang memberikan pendidikan politik.
"Nah itu yang saya lalukan, memberikan pendidikan politik dan berharap kemauan masyarakat untuk memajukan demokrasi kita. Jadi tidak melulu soal uang yang besar," paparnya.
Baca juga: Cerita Caleg: Hoki Ace Hasan Melenggang ke Senayan dan Tantangan Politik Uang
Guna menekan biaya politik, Choky juga bergotong royong dengan caleg DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota dari Perindo di Jawa Barat. Ia berbagai biaya kampanye di dapil.
"Kalau kami bergerak sendiri, itu akan mengeluarkan dana yang sangat besar. Tapi dengan cara kita masuk ke dalam perahu yang sama, kita bisa patungan atau berbagai biaya kampanye," ucapnya.
Choky menegaskan, dirinya juga menekan biaya politik dengan belanja barang-barang keperluan kampanye sesuai kebutuhan.
Baca juga: Cerita Caleg Muda: Terjun ke 400 Titik Lebih hingga Pengakuan Tak Setor Mahar
Ia tidak ingin menyetok barang-barang secara berlebihan. Alat peraga kampanye (APK) yang dibeli harus terdistribusikan secara maksimal.
"Saya enggak mau timbun APK kebanyakan. Maka dari itu, saya memiliki termin-termin, perencanaan keuangan, dan pengelolaan yang baik," katanya.
Biaya kampanye yang paling besar yang ia keluarkan adalah APK, yakni memasang papan iklan, spanduk, cinderamata seperti kerudung, topi, kalender, stiker, makanan ringan saat kampanye, dan sebagainya.
Baca juga: Cerita Caleg Asal Jombang, Pagi Menjahit, Malam Kampanye
Dirinya tahu bahwa ada batasan biaya yang ia miliki. Maka dari itu, Choky juga menggalang dana dari beberapa sumber.
Ia menyebut ada beberapa teman-temannya yang membantu biaya logistik kampanye. Hal itu didasarkan kepercayaan mereka kepada Choky yang dinilai memiliki panggilan sebagai wakil rakyat.
"Mereka teman-teman lama saya. Karena mereka mau membantu, lalu saya mencatat apa saya yang bisa dibantu oleh mereka, berapa besar kapasitasnya, dan sebagainya," ungkap Choky.
Dapil Jabar I yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi menjadi salah satu dapil dengan jumlah bacaleg artis terbanyak.
Baca juga: Cerita Caleg: Bermula dari Skripsi hingga Tembus Pedalaman Kalteng untuk Bertemu Warga
Tercatat, ada sepuluh artis yang akan 'berperang' untuk memperebutkan kursi DPR RI. Nama-nama artis itu, mulai dari pemain sinetron, penyanyi, personel band, hingga presenter olahraga.
Dari PDI Perjuangan, terdapat aktor dan presenter Nico Siahaan, serta pemain sinetron Kirana Larasati. Sementara dari Partai Golkar, ada penyanyi tahun 70-an Tetty Kadi dan aktris senior Nurul Arifin.
Tak mau kalah, Partai Nasdem juga mencalonkan dua bacaleg artis, yaitu presenter dan aktor Farhan, serta penyanyi muda Citra Skolastika.
Baca juga: Cerita Caleg: Eko Patrio dan Upayanya Populerkan Eko Hendro Purnomo
Sementara itu, vokalis band Nidji, Giring Ganesha, menjadi bacaleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dari Partai Amanat Nasional (PAN), terdapat aktris Virnie Ismail. Sedangkan Partai Demokrat, mengusung presenter olahraga dan mantan atlet Ricky Soebagdja.
Choky mengaku, persaingan di dapilnya memang sangat ketat karena banyak teman yang memiliki pekerjaan yang serupa. Ia menyebut kompetisinya memang tinggi dari tujuh kursi yang diperebutkan oleh 16 partai dan total ratusan caleg bertarung.
Para caleg artis tersebut, lanjutnya, sudah terpetakan dengan baik oleh Choky, apa saja kemampuan mereka serta keunggulannya.
Baca juga: Cerita Caleg: Manfaatkan Wefie hingga Vlog Dekati Relawan dan Calon Pemilih
"Saya sudah petakan kemampuan mereka. Ini dapil yang dipenuhi para artis, maka persaingannya tidak mudah," katanya.
Kendati demikian, Choky tetap optimis karena masih ada celah untuknya bisa lolos ke parlemen. Menurutnya, masyarakat di Dapil Jabar I memiliki karakteristik yang heterogen.
"Jadi enggak perlu khawatir ya karena mereka heterogen. Artinya, ada celah bagi saya untuk mendapatkan suara dari mereka, ada sisi yang bisa disentuh," pungkasnya.