Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Caleg: Dengar Aspirasi Guru Honorer hingga Dibawakan Nasi Rantang

Kompas.com - 08/11/2018, 08:43 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon anggota legislatif dari Partai Demokrat asal Sumatera Barat, Eka Putra, mengatakan, pilihan menjadi caleg DPR bukan hal mudah baginya.

Pada Pemilu 2009 dan Pemilu 2014, ia memilih untuk tidak mencalonkan diri.

Ada alasan tersendiri mengapa ia memutuskan maju pada Pemilu 2019. Pria yang lahir di Lintau Buo, 11 Juli 1975 ini, maju dari Daerah Pemilihan Sumatera Barat I.

Wilayah itu mencakup Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung.

Baca juga: Cerita Caleg: Strategi Petahana Jaga Jaringan dan Dukungan

Kemudian Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

"Saya enggak (jadi) caleg ketika Demokrat lagi naik-naiknya (di tahun 2009), karena pondasi saya belum kuat. Pemilu 2014 juga saya merasa pondasi saya belum terlalu kuat. Sekarang tentu juga bagaimana mental harus siap, sedih juga mendengar keluhan masyarakat," kata Eka kepada Kompas.com, Kamis (8/11/2018).

Eka menceritakan, banyak persoalan mendasar yang dikeluhkan masyarakat, seperti rendahnya daya beli masyarakat, lapangan pekerjaan, pendidikan, pertanian, infrastruktur hingga pariwisata.

"Persoalan mendasar secara umum ya hampir sama ya (dengan daerah lain)," kata dia.

Baca juga: Cerita Caleg: Kampanye Door to Door Sambil Kampanyekan Capres

Beberapa momen yang membuatnya prihatin adalah saat sebagian guru-guru honorer menangis karena mereka tak kunjung menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

"Ada yang menangis. Zaman dulu banyak yang dilantik, sekarang belum ada. Ada juga yang mendengar isu mereka ada batas umur (ikut seleksi calon PNS), sedangkan mereka honor dari 15 tahun yang lalu sekarang sudah 47 tahun umurnya," kata Eka.

"Terus banyak juga ada yang menangis karena program pro rakyat itu enggak menyentuh ke mereka. Banyak juga petani karet yang menangis karena harga itu, lahannya cuma sedikit jadi terbatas tapi harga juga turun," lanjut Eka.

Tak ada strategi khusus

Wakil Bendahara Umum Partai Demokrat ini mengaku tak ada strategi khusus untuk meraih simpati pemilih.

Ia hanya fokus berkunjung ke masyarakat untuk mendengar, mencatat, dan memperkirakan solusi tepat yang bisa ia perjuangkan apabila terpilih nanti.

Baca juga: Di Hadapan Caleg Hanura, Jokowi Ungkap Cara Menangkan Pilkada Solo

"Saya akan berjuang habis-habisan memperjuangkan aspirasi. Saya termotivasi menjadi caleg kaewna saya ingin membantu dan memajukan masyarakat Sumbar I ini," kata dia.

"Intinya saya ingin, kalau saya bilang ke istri itu wakafkan hidup untuk perjuangkan nasib masyarakat saya. Itu bahasa yang saya sampaikan ke keluarga saya," papar Eka.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com