JAKARTA, KOMPAS.com - Putra Ketua MPR Zulkifli Hasan, Rafi Haikal, mengajak anak-anak muda untuk menjaga keberagaman jelang tahun politik di 2019.
Ia mengajak anak-anak muda Indonesia yang berminat di bidang seni untuk bergabung di "Project Bhinneka".
Melalui gerakan ini, kata Rafi, mereka bisa menyalurkan karya-karyanya. Haikal dan timnya juga menyediakan akun Instagram @project.bhinneka dan laman resmi di www.projectbhinneka.com.
Gerakan ini juga akan menggunakan tagar #BhinnekaMovement di media sosial.
"Aku dan Valerie Thomas yang menemukan project ini, kita ingin menggunakan platform sosial media kita karena punya followers yang banyak, untuk memberikan anak muda lainnya kesempatan untuk memperlihatkan hasil karya mereka," ujar Rafi di rumah dinas Zulkifli Hasan, Jakarta, Minggu (22/7/2018).
"Baik itu seni lukis, seni rupa, maupun itu nyanyi atau lain-lainnya juga," sambungnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan generasi milenial yang telah memiliki hak pilih untuk menggunakannya secara bijak.
Hal itu agar Pemilu 2019 menghasilkan pemimpin yang bisa membawa Indonesia ke arah lebih baik.
"Project Bhinneka ini, kami ingin membuka jaket warna kulit kita, jaket (perbedaan sikap) politik kita, dan semuanya untuk bergabung dan bersatu untuk kami semua Indonesia, kami semua anak Indonesia yang akan membangun negara ini," kata dia.
Remaja berusia 20 tahun ini mengakui banyak stigma dari warganet yang melihat gerakan ini untuk mendukung sang ayah.
Namun, Rafi membantah gerakan ini untuk agenda politik. Ia juga tak ingin citra ayahnya melekat pada gerakan yang ia bentuk.
"Memang banyak aku baca di komen-komen Instagram, 'ah ini untuk kampanye aja'. Itu salah banget, ya. Aku support Papa, mau apapun dia aku support. Tapi aku juga dari dulu mau dikenal Rafi Haikal bukan sebagai anak Pak Zul," uja dia.
Setelah acara pentas ini berlangsung pada 16-20 Juli kemarin, Rafi memperkirakan ajang pameran seni ini akan kembali digelar sekitar bulan Januari 2019.
Pada Desember 2018, ia dan tim akan keliling kampus-kampus untuk mempromosikan gerakan ini.
Dalam jangka panjang, Haikal berharap karya-karya dari peserta gerakan ini bisa diperkenalkan ke masyarakat internasional.
Hal itu agar dunia internasional bisa melihat keberagaman di Indonesia lebih dekat.
Ia mencontohkan, pada saat berada di Amerika Serikat untuk kuliah, ia sempat diberhentikan oleh petugas bandara.
Tak hanya itu, stigma kulit dan wajahnya yang berbeda dengan mayoritas kulit putih di sana terkadang menjadi bahan ejekan.
"Makanya sangat penting aku untuk mengingatkan ke teman-teman bahwa walaupun kita enggak mirip (berbeda), berasal dari manapun, kita bisa bersatu di Indonesia," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.