KOMPAS.com - Soeharto menjabat sebagai pejabat sementara Presiden menggantikan Soekarno pada Maret 1967.
Sebelumnya, pada 11 Maret 1966, Soekarno menandatangani surat perintah yang memberikan wewenang kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk saat itu.
Surat itu dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Soeharto menjabat presiden selama 32 tahun, setelah menyatakan mundur dari jabatannya pada Mei 1998.
Awal karier Soeharto
Soeharto lahir di Kemusuk, Godean, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921.
Masa kecil Soeharto diisi dengan menggembala kerbau dan hewan ternak.
Baca juga: Pengamat: Pemilih yang Rindu Soeharto Itu Kecil Sekali
Pada 1 Juni 1940, Soeharto mengikuti sekolah militer di Gombong dan lulus dengan predikat terbaik. Pangkat kopral disandangnya.
Pada 1942, Soeharto memulai karier militernya dengan menjadi tentara Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL), tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Setelah itu, Belanda menyerah kepada Jepang. Selanjutnya, Soeharto bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA).
PETA merupakan kesatuan militer yang dibentuk Jepang saat menduduki Indonesia.
Setelah bergabung, karier Soeharto semakin lama semakin meningkat. Dia diangkat menjadi komandan kompi, peleton, dan naik menjadi komandan batalion dengan pangkat letnan kolonel.
Baca juga: VIK Kejatuhan Soeharto, Kisah Soeharto pada Pengujung Kekuasaan
Soeharto kemudian menjadi Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Saat terjadi peristiwa 1965, Soeharto melakukan pendekatan kepada Presiden Soekarno untuk melakukan penumpasan terhadap Gerakan 30 September.
Pada 3 oktober 1965, Mayjend Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib dan mempunyai wewenang untuk menindak mereka yang diduga sebagai pelaku G30S.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.