Setelah melalui sidang MPRS pada 7 Maret 1967, Soeharto ditunjuk untuk menjadi penjabat presiden, dan resmi sebagai presiden pada 27 Maret 1968.
Kepemimpinan Soeharto menjadi masa peralihan dari orde lama ke orde baru.
Soeharto berhasil melanggengkan kekuasaannya hingga 32 tahun.
Selain membatasi ranah partai, era orde baru juga melakukan pembatasan terhadap media massa.
Di era Soeharto, bidang pertanian menonjol. Indonesia berhasil swasembada beras mulai 1984. Produksi beras pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton.
Akhir Kepemimpinan
Mei 1998 mulai muncul gejolak atas pemerintahan Soeharto.
Pada 18 Mei 1998, Gedung DPR dipenuhi ribuan mahasiswa yang menuntut Soeharto mundur dari jabatannya.
Sehari setelahnya, 19 Mei 1998, Soeharto bertemu ulama, tokoh masyarakat dan budayawan untuk segera mengadakan reshuffle Kabinet Pembangunan VII, dan sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi.
Baca juga: Ruang Tamu Cendana Malam Itu, Sehari Jelang Mundurnya Soeharto...
Menko Ekuin saat itu, Ginandjar Kartasasmita bersama Menperindag Mohamad Hasan melaporkan kepada Presiden soal kerusakan jaringan distribusi ekonomi akibat aksi penjarahan dan pembakaran.
Bersama mereka juga ikut Menteri Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng yang melaporkan rencana penjualan saham BUMN yang beberapa peminatnya menyatakan mundur.
Pada 20 Mei 1998, 14 Menteri bidang ekuin mengadakan pertemuan di Gedung Bappenas kemudian menandatangani surat kesepakatan meminta Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Mereka sepakat menyatakan tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi, ataupun Kabinet Reformasi hasil reshuffle.
Setelah mengalami tekanan dari berbagai pihak, pada 21 Mei 1998, Soeharto resmi mengundurkan diri dari kursi jabatannya digantikan BJ Habibie yang pada waktu itu menjabat sebagai Wakil Presiden.
Berikut infografik Presiden kedua RI, Soeharto: