MENYAMBUT pemilihan kepala daerah kota Bogor, sebuah organisasi mengundang para pakar untuk membahas sosok yang paling tepat memimpin kota Bogor.
Diskusi ini menjadi menarik karena pakar yang diundang dari berbagai disiplin ilmu. Hanya ada satu pakar (pengamat) politik.
Pembicara lain adalah ahli ekonomi, pakar perilaku individu dan organisasi. Serta saya sendiri, pembicara yang suntuk mendalami kepemimpinan dan manajemen bisnis.
Politik memiliki logika sendiri yang sering berbeda dengan logika ilmu lainnya. Dalam politik berlaku logika nan kental: fleksibilitas tinggi.
Alhasil dalam politik tidak pernah ditemukan rumus yang ketat. Pertemanan, koalisi, atau apapun namanya hanya berujung pada satu hal: kepentingan.
Basis ideologi yang seharusnya menjadi mercusuar politik menjadi tidak relevan. Kasus paling baru tak lain koalisi Mahathir Mohammad dan Anwar Ibrahim.
Umum mengetahui bahwa Anwar adalah anak didik Mahathir. Namun dalam perjalanan, anak didik dan mentornya ini pecah kongsi.
Sebagai penguasa, Mahathir memenjarakan Anwar dengan tuduhan maha berat; sodomi. Bahkan hak politik Anwar dilucuti. Mahathir dan Anwar menjadi musuh bebuyutan.
Namun, sejarah ternyata berbicara lain.
Ketika hendak maju lagi menjadi PM Malaysia, justru partai politik yang dijadikan kendaraan oleh Mahathir adalah partai politik yang didirikan Anwar. Mahathir menang dalam pemilu dan Anwar kelak menjadi suksesornya. Itulah logika politik.
Logika politik dan logika ilmu
Pertanyaannya, apakah logika politik bisa berkolaborasi dengan logika ilmu lainnya? Lebih khusus lagi dengan manajemen?
Manajemen juga mengenal istilah fleksibilitas tinggi. Bahkan, manajemen disebut gabungan dari ilmu dan seni.
Walaupun demikian dalam manajemen ada dogma yang tidak boleh dilanggar, yaitu hasil. Berlaku rumus baku: input – proses – output (IPO).
Cerita sederhananya, apabila input (masukan) yang digunakan berjumlah lima, dengan proses yang memakai prinsip efektivitas dan efisiensi, maka output (hasil) harus melebihi lima. Jika kurang dari lima, maka rapornya merah.