Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curah Hujan Ekstrem di 13 Wilayah di Indonesia, Masyarakat Diminta Waspada

Kompas.com - 29/04/2018, 13:28 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di 13 wilayah di Indonesia untuk waspada terhadap curah hujan yang ekstrem.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) basah yang meningkatkan suplai uap air berkontribusi pada pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat hingga tengah.

"Meskipun sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, tetapi wilayah Iainnya masih berada dalam masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Masa transisisi biasanya ditandai dengan potensi pertumbuhan awan-awan konvektif Iokal," kata Dwikorita di Gedung BMKG, Jakarta, Minggu (29/4/2018).

Ia memaparkan, fenomena MJO basah ini akan berlangsung selama 7 hingga 10 hari ke depan. Adapun MJO basah ini telah bergerak menuju wilayah Indonesia bagian timur.

Oleh karena itu, ia meminta kepada masyarakat untuk mewaspadai curah hujan ekstrem akibat MJO basah ini.

Adapun 13 wilayah yang dimaksud yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

"Perlu juga diwaspadai potensi terjadinya kilat dan petir dalam dua hari ke depan yang masih dapat terjadi di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan, pesisir timur Sumatera, Banten, dan Jawa Barat bagian utara," ujar Dwikorita.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Masih Bisa Terjadi pada Masa Pancaroba, BMKG Minta Masyarakat Waspada

Ia juga mengimbau agar kapal yang melintas dan masyarakat pesisir pantai selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi.

Sebab, selain MJO basah, juga terjadi siklon tropis Flamboyan.

Menurut dia, meskipun sudah menjauhi wilayah Indonesia, siklon ini juga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang laut di beberapa wilayah perairan Indonesia sekitar 2 hingga 3 hari ke depan.

Oleh karena itu, masyarakat juga periu mewaspadai hujan lebat disertai angin kencang yang berbahaya bagi kapal berukuran kecil.

"Kami juga mengimbau agar masyarakat menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda," ucapnya.

Menurut Dwikorita, peningkatan tinggi gelombang Iaut dengan ketinggian 1,25 hingga 2,5 meter terjadi di perairan Bengkulu hingga barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, dan Perairan Enggano.

"Kedua, terjadi juga gelombang Iaut dengan tinggi 2,5 hingga 4 meter di wilayah perairan selatan Jawa, Samudra Hindia, barat Lampung, hingga selatan Jawa," tuturnya.

Baca juga: BMKG: Aktifnya Aliran Massa Udara Basah Picu Cuaca Ekstrem di Indonesia

BMKG juga mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin kencang yang dapat menyebabkan pohon tumbang maupun baliho roboh.

Di sisi lain, ia berharap agar masyarakat mewaspadai angin puting beliung lokal dengan radius sekitar 500 meter. Ia tak ingin peristiwa angin puting beliung menimbulkan korban.

BMKG akan terus memantau secara intensif meskipun Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Sebab, fenomena ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan mengalami peningkatan yang signifikan.

Dwikorita mengimbau agar masyarakat bisa mengetahui informasi cuaca terkini dengan mengakses layanan situs web, akun Twitter, dan aplikasi resmi BMKG.

Kompas TV Hujan deras disertai angin kencang terjadi di Kota Bandung, Jawa Barat sekitar pukul 14.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com