Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pemilu Boleh Kampanye Negatif di Media Sosial, tetapi...

Kompas.com - 15/03/2018, 08:34 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat media sosial, Nukman Lutfi, memprediksi Pemilu 2019 juga akan diwarnai konten-konten negatif di media sosial. Tim sukses pasangan calon seolah berlomba membuat kampanye negatif terhadap lawan politiknya.

Menurut Nukman, kampanye negatif diperbolehkan di media sosial asal memperhatikan sejumlah hal.

"Tidak apa-apa, (kampanye negatif) itu bagus. Calon yang baru itu bisa membuat petahana keliatan buruk. Asal, posisinya fakta," ujar Nukman saat ditemui seusai diskusi di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

(Baca juga: Bawaslu Ungkap 425 Kasus Dugaan Pelibatan ASN dan TNI/Polri pada Kampanye Pilkada)

Nukman mengatakan, yang dilarang adalah kampanye hitam, yakni menyebarkan konten bernada ujaran kebencian dan hoaks.

Sementara kampanye negatif merupakan suatu hal yang dianggap buruk dari kandidat lawan, tetapi berdasarkan fakta yang ada.

Para calon pemimpin baru bisa memanfaatkan kampanye negatif untuk menjatuhkan lawan politik.

Sementara itu, kata dia, calon petahana dapat menggunakan kampanye positif agar kembali terpilih.

"Cara yang benar adalah meningkatkan awareness mengenai apa yang sudah dikerjakan," kata Nukman.

Calon tersebut dapat mengampanyekan kinerja mereka selama menjabat di periode sebelumnya.

Mereka bisa menonjolkan apa yang dapat dicapai selama beberapa tahun ke belakang sehingga masyarakat menilai dari apa yang sudah dihasilkan ketimbang rumor mengenai calon tersebut.

"Publik akan memilih ulang atas apa yang sudah dilakukan, bukan dalam persepsi dia siapa," kata Nukman.

(Baca juga: BIN: 60 Persen Konten Media Sosial adalah Informasi Hoaks)

"Dengan catatan, kinerjanya memuasakan. Kalau memuaskan, banyak konten yang bisa digunakan untuk kampanye positif," lanjutnya.

Untuk Pilpres 2019, jika Joko Widodo kembali head to head dengan Prabowo Subianto, peta kampanye di media sosial diprediksi akan mirip dengan Pilpres 2014. Namun, variasinya akan sedikit berbeda.

Jika dulu kampanye di media sosial marak di Twitter dan Facebook, kini juga bergeser ke Instagram dan WhatsApp.

"Pihak yang berkepentingan di bidang politik, mereka tidak cukup main di FB atau Twitter karena pengin mendapat anak muda, pemilih pemula yang harus dipengaruhi," kata Nukman.

Intinya, kata Nukman, pola kampanye di media sosial tidak ada perubahan sama sekali antara 2014 dan 2019. Nantinya akan banyak konten negatif yang menjelekkan lawan politik.

"Sambil disisipi kampanye hitam yang bukan fakta, tetapi dijadikan dan digoreng seolah fakta. Itu akan terulang lagi di 2019," kata Nukman.

Kompas TV Simak dialognya dalam Sapa Indonesia Malam berikut ini!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Nasional
Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Nasional
Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com