Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stigma Kepemimpinan Sipil dan Momentum untuk Jokowi

Kompas.com - 10/01/2018, 16:46 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemunculan nama-nama perwira TNI-Polri dalam kontestasi pertarungan Pilkada menjadi satu fenomena yang mendapatkan perhatian publik secara luas.

Tak hanya soal hasrat kekuasaan, namun juga soal dukungan publik. Nyatanya hingga kini, sebagian publik masih menilai pemimpin politik dengan latar belakang TNI-Polri lebih punya keunggulan dibandingkan orang sipil.

Deputi Direktur Riset Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) Wahyudi Djafar menilai, pandangan itu masih melekat di dalam masyarakat Indonesia karena bagian dari warisan masa lalu, Orde Baru.

"Ini adalah buah dari proses yang sangat panjang 30 tahun lebih tentara memegang kekuasaan politik. Itu waktu yang sangat lama," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (10/1/2018).

Baca juga : Drama dan Jenderal Aktif TNI AD dan Polri di Pilkada 2018

Selama masa Orde Baru, kata dia, pemahaman tentang ideologi politik militer terus ditanamkan pemeritah. Pucuk-pucuk pimpinan politik untuk sipil pun diambil alih oleh tokoh-tokoh militer.

Akibatnya, kesempatan orang sipil untuk duduk di pucuk kepemimpinan sipil menjadi terbatas. Hal itu juga berbarengan dengan penggambaran tentara sebagai representasi dari seorang ksatria, yang punya ketegasan dan punya jiwa kepemimpinan tinggi.

Selain itu, pandangan bahwa pemimpin militer atau Polri lebih unggul dari pemimpin sipil juga terbentuk akibat realitas yang dilihat atau dirasakan langsung oleh masyarakat itu sendiri.

Misalnya banyaknya kasus korupsi yang melibatkan para pemimpin sipil secara langsung turut membentuk pandangan negatif dari kepemimpinan politik yang dipegang oleh tokoh sipil.

Sementara potret kasus korupsi yang melibatkan militer dinilai masih minim. Meski begitu, Wahyudi menilai hal itu bukan berarti militer lebih bersih.

"Pemberantasan korupsi di tubuh militer juga belum optimal karena dia masih tunduk dengan UU Peradilan Militers sehingga KPK sulit masuk," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com