PANGLIMA ISIS? Dari Bekasi? Apakah benar ada? Banyak pertanyaan yang belum terjawab tuntas. Ada pula hal janggal yang belum banyak dijawab media.
Pertanyaan pertama dari isu ini adalah panglima ISIS yang mana? Apakah yang berada di Irak dan Suriah atau ada Panglima ISIS yang lain?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu saya akan mengulas soal Daulah Islamiyah yang merupakan negara berbasis agama. Negara ini diikrarkan berdiri di wilayah Syam yaitu wilayah yang meliputi Lebanon, Yordania, Palestina, dan Suriah.
Syam adalah pusat kekuasaan. Perpanjangan kekuasaan Syam akan berjajar dari ujung timur hingga barat. Ujung Timur telah ditetapkan oleh ISIS akan berpusat di Filipina Selatan. Sementara ujung barat di wilayah Maroko, Afrika.
ISIS yang sekarang bernama IS (Islamic State), sedianya merupakan singkatan Islamic State of Iraq and Sham, bukan Syiria (Suriah). Negeri Syam memiliki wilayah yang jauh lebih luas ketimbang Suriah.
Singkat cerita, di bagian timur inilah ISIS melihat ada kekuatan yang luar biasa untuk membangkitkan cita–cita mereka. Meskipun ISIS telah melemah di tempat-tempat tadi, tetapi gerakan ini sulit diprediksi akan mati.
Dua pemimpin tertinggi di Filipina selatan
Adalah dua pemimpin gerakan ISIS di Filipina Selatan, Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute, dari keluarga Maute yang terkenal kaya dan dermawan di Filipina Selatan.
Basis bisnis mereka adalah Properti dan Konstruksi hingga Meubel. Bahkan beberapa kali, ibunda Omarkhayam Maute, Farhana Maute sebelum perang bergejolak di Marawi, dikabarkan bolak-balik pergi ke Jepara, Jawa Tengah untuk keperluan bisnisnya.
Cerita ini saya dapatkan dari pernyataan Omarkhayam kepada keluarga istrinya yang merupakan warga Indonesia.
Klan Maute kemudian menjelma menjadi kelompok teroris yang kejam dalam operasi mereka setelah berbaiat kepada ISIS di Filipina Selatan. Kedua kelompok bertekad untuk mendirikan pusat ISIS di wilayah paling timur.
Kejam. Mereka tak segan mengeksekusi sandera warga negara asing yang tertangkap.
Bulan lalu pasca-perang mereda di Marawi, Filipina Selatan, pemerintah Filipina mengumumkan bahwa ada 1.009 orang yang tewas akibat perang selama 5 bulan sejak Mei 2017. Diantara korban tewas ini ada 160 tentara Filipina.
Sementara, pihak militan pimpinan keluarga Maute yang tewas mencapai 802 orang, sisanya 47 orang adalah warga sipil.
Mengajar di Bekasi