Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panglima TNI: Yang Tahu Miskomunikasi atau Tidak, Hanya Saya dan Presiden

Kompas.com - 27/09/2017, 17:49 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kompak menyebut bahwa ada miskomunikasi terkait pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo soal pembelian 5.000 pucuk oleh institusi non-militer.

Menanggapi itu, Gatot membantah apa yang dikatakan Wiranto dan Ryamizard bahwa telah terjadi miskomunikasi yang mendasari pernyataannya beberapa waktu lalu.

"Yang tahu miskomunikasi atau tidak hanya Presiden saya dan itu saya pegang," kata Gatot ketika ditemui di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Apalagi, Gatot juga mengaku belum berkomunikasi dengan Wiranto dan juga Ryamizard terkait dengan persoalan pembelian senjata saat ini.

(Baca: Luruskan Pernyataan Panglima, Wiranto Sebut 500 Pucuk Senjata untuk Pendidikan BIN)

"Tidak, belum, belum ngobrol (dengan Menko Polhukam dan Menhan)," ungkap Gatot.

Meski demikian, Gatot pun tak ingin ambil pusing dengan pernyataan Wiranto dan Ryamizard tersebut.

"Kalau Menteri (Menko Polhukam dan Menhan) bilang saya miskomunikasi yah saya terima," ujar dia.

"Ibarat sepakbola penonton dari belakang lihat offside, yang samping bilang tidak. Masa saya harus marah ke yang bilang tidak, kalau dia nonton di belakang. Orang punya persepsi saya hargai itu saja," katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto angkat bicara soal polemik pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tentang isu pembelian 5.000 pucuk senjata oleh institusi non militer.

(Baca: Soal Pernyataan Panglima TNI, Kata Menhan Ada Komunikasi yang "Enggak Nyambung")

Wiranto menegaskan bahwa pernyataan Panglima tersebut tidak benar. Ia mengakui ada kesalahan komunikasi antara Panglima dengan Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Namun, saat ini sudah diluruskan.

"Setelah saya panggil Kepala BIN, hubungi Panglima TNI, Kapolri dan institusi lain yang terkait masalah ini. Ternyata ini hanya masalah komunikasi yang tidak tuntas dalam hal pembelian senjata," kata Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Minggu (24/9/2017).

Tak berbeda, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pun mengatakan, ada miskomunikasi terkait pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang menimbulkan polemik dalam beberapa hari terakhir.

"Yang jelas komunikasi enggak nyambung. Enggak nyambung ini saya tanya, ada apa nih kok enggak nyambung. Tinggal telepon doang kok enggak nyambung. Dari sini ke bulan saja bisa nyambung," ujar Ryamizard saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017). 

(Baca: Menhan Ungkap Dokumen Rahasia Terkait Pembelian 500 Senjata dari BIN)

Sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard merasa bertanggung jawab agar tidak terjadi lagi kesalahan komunikasi antar-institusi negara. 

"Saya sebenarnya sudah malas mau ngomong. Karena sudah terlalu banyak orang yang ngomong dari pemikirannya masing-masing. Padahal yang namanya senjata itu ada aturannya. Ada UU-nya," kata Ryamizard. 

"Saya bukan memanas-manasi. Saya memperjelas agar tidak terjadi lagi yang seperti ini. Karena saya Menteri Pertahanan, maka saya harus ngomong. Menhan itu mengurusi pertahanan negara. Kalau pertahanan negara jelek, itu yang tanggung jawab saya, yang digantung saya kok. Bukan siapa-siapa," ucap Mantan KSAD itu. 

Kompas TV Soal 5.000 Senjata, Menhan: Itu Miskomunikasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com