Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Militer Myanmar Tanam Ranjau agar Warga Rohingya Tak Kembali"

Kompas.com - 15/09/2017, 12:19 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Amnesty International Laura Haigh mengungkapkan temuan pihaknya bahwa militer Myanmar menggunakan ranjau untuk melukai warga Rohingya.

Salah seorang saksi mata yang diwawancarai Laura melihat militer Myanmar berpatroli di daerah perbatasan Myanmar-Bangladesh.

Ia kemudian melihat personel militer militer menggali sesuatu.

"Narasumber kami melihat militer mengeluarkan benda sebesar buah mangga, tapi warna hitam, lalu ditanam di dalam tanah. Ternyata itu adalah ranjau," ujar Laura melalui sambungan Skype kepada wartawan di Sekretariat Amnesty International, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (15/9/2017).

Peneliti Amnesty International Laura Haigh, melalui sambungan langsung jarak jauh, memaparkan temuannya bahwa permukiman Rohingya dibakar oleh militer Myanmar.Fabian Januarius Kuwado Peneliti Amnesty International Laura Haigh, melalui sambungan langsung jarak jauh, memaparkan temuannya bahwa permukiman Rohingya dibakar oleh militer Myanmar.
Saat konferensi jarak jauh ini sendiri, Laura sedang berada di Bangkok, Thailand. Sehari sebelumnya, ia baru datang dari perbatasan Myanmar-Bangladesh.

(baca: Peneliti Amnesty International: Militer Myanmar Bakar Rumah Warga Rohingya)

Laura mengaku sudah berkonsultasi dengan pakar alat utama sistem persenjataan. Sang pakar memastikan, ranjau tersebut memang merupakan ranjau dan milik militer Myanmar.

Ranjau-ranjau itu diduga ditanam militer agar warga Rohingya tak kembali ke rumah-rumah mereka dari camp pengungsian.

Sebab, ranjauh-ranjau itu kebanyakan ditanam di jalur yang biasa dilalui warga Rohingya untuk mencapai camp pengungsian di Bangladesh.

(baca: PBB: Pengungsi Rohingya ke Banglades Capai 313.000 Orang)

Laura juga mendapatkan informasi bahwa ada lima warga Rohingya yang tercatat terkena ranjau.

Satu di antaranya tewas, sementara empat di antaranya tetap hidup, namun luka berat. Satu di antara empat korban yang masih hidup itu terpaksa diamputasi satu kakinya.

(baca: Dubes RI: Kita Tak Boleh Berkoar-koar seperti Negara Lain Sikapi Rohingya)

Di sisi lain, dikabarkan telah terjadi ledakan bom ranjau di wilayah perbatasan Myanmar-Bangladesh, Kamis malam. Namun, Laura belum dapat memastikan kabar itu.

"Kami memiliki berita yang belum terkonfirmasi, yakni ledakan ranjau tadi malam. Saat ini, kami terus berusaha untuk melakukan konfirmasi," ujar Laura.

Amnesty International mendesak pemerintah Myanmar menghentikan rantai kekerasan terhadap Rohingya.

Myanmar juga didesak untuk menginvestigasi adanya pelanggaran hak asasi manusia melalui pembersihan etnis di wilayahnya sendiri oleh militer.

Kompas TV Hampir 400.000 warga Rohingya menyeberangi perbatasan dari Myanmar ke Banglades.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com