Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Usul Dibentuk Tim Pencari Fakta untuk Ungkap Kasus Novel

Kompas.com - 05/08/2017, 19:52 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo berpendapat, tim gabungan pencari fakta akan lebih efektif mengungkap perkara penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, ketimbang hanya tim investigasi Polri-KPK.

Tim pencari fakta bersifat independen sehingga penyelidikan perkara itu diyakini akan cepat membuahkan hasil.

"Dalam kasus pembunuhan Munir contohnya. Itu kan dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta. Informasi yang mereka peroleh jauh lebih dalam daripada proses yang dilakukan kepolisian," ujar Adnan, di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/8/2017).

(baca: Saksi Kunci Kasus Novel Sempat Merevisi Sketsa Wajah Terduga Pelaku)

"Dalam kasus kriminalisasi yang dihadapi pimpinan KPK ketika Cicak vs Buaya II juga begitu. Presiden SBY kan juga membentuk tim khusus untuk menyelesaikan masalah itu dan kemudian terselesaikan," lanjut dia.

Adnan menegaskan, sifat independen tim penyidikan perkara Novel sangat dibutuhkan karena perkara penyerangan Novel diyakini bukan tindak pidana biasa.

Dia menilai penyerangan terhadap Novel merupakan bentuk perlawanan koruptor terhadap simbol pemberantasan korupsi.

"Ini hanya sebagai alat bantu saja bagi kepolisian untuk mengurai berbagai macam 'bottle neck' yang mereka hadapi di internal. Kalau mereka sendiri yang menyelesaikan, ya kita lihat ada ketidakmampuan mengurai sumbatan yang dihadapi penyidik," ujar Adnan.

"Kalau (tim pencari fakta) tidak dibentuk segera, kami ini khawatir akan upaya menghilangkan, mengaburkan sekaligus menyembunyikan bukti yang seharusnya dimiliki penegak hukum ya. Karena ini sudah 116 hari berjalan," lanjut dia.

(baca: Polisi Merasa Belum Perlu Ada TGPF untuk Kasus Novel Baswedan)

Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tidak dikenal seusai menjalankan shalat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017.

Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras tidak cukup ditangani di Indonesia. Sejak 12 April 2017, Novel mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit di Singapura.

Pelaku penyerangan Novel hingga kini belum terungkap. Namun, dalam sebuah wawancara kepada Time, Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya.

Bahkan, Novel mengaku mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat.

Sejak awal Juli 2017, Kepolisian RI dan KPK bekerja sama mengusut kasus penyiraman air keras terhadap Novel. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, tim yang sudah dibentuk secara internal oleh KPK akan menempel tim penyelidik Polri.

Perkembangan terakhir pada kasus Novel, kata Tito, polisi sudah membuat tiga sketsa wajah terduga penyerang Novel. Sketsa tersebut dibuat berdasarkan keterangan para saksi yang mengaku melihat terduga pelaku sebelum menyiram air keras ke wajah Novel.

Kompas TV KPK Gelar Doa Bersama Untuk Novel Baswedan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com