Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi "Jaka", Panglima TNI Ingatkan Ancaman Migrasi Penduduk Dunia

Kompas.com - 24/05/2017, 13:54 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Balikpapan, Senin (22/5/2017) kemarin, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membacakan sebuah puisi berjudul Tapi Bukan Kami Punya karya Denny JA.

Gatot menjelaskan ancaman yang sangat nyata dari puisi yang ia bacakan tersebut yakni, ancaman migrasi penduduk yang sudah terjadi di sejumlah negara.

"Saya ingatkan bahwa sekarang ini yang paling berbahaya adalah migrasi. Migrasi itu bukan pengungsian," ujar Gatot di kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), Kementerian Dalam Negeri, Jalan Taman Makam Pahlawan Nomor 8, Jakarta Selatan, Rabu (24/5/2017).

Terlebih, ia mengatakan, manusia tidak mengenal batas, selalu mencari tempat yang lebih baik, lebih menjanjikan.

"Sekarang sudah meningkat kompetisi antar manusia. Manusia tak mengenal batas dan mencari tempat yang lebih menjanjikan, lebih baik hidupnya, teori gaji namanya," kata dia.

Kata dia, pada tahun 2050 mendatang, diperkirakan 480 juta orang akan mengungsi ke berbagai wilayah. Salah satunya karena penamanasan global yang terjadi.

"Tahun 2020, 60 juta orang mengungsi dari sub-sahara (Afrika). Orang enggak bisa tinggal di sana lagi, ia akan mengungsi," kata dia.

(Baca: Saat Panglima TNI Membacakan Puisi di Rapimnas Golkar...)

Ia pun mencontohkan, langkah nyata yang sudah dilakukan beberapa pemimpin negara.

"Presiden Donald Trump sudah menutup akses dari Afrika Selatan ke Utara, Meksiko . Di Eropa PM Inggris juga telah menutup pengungsian, Australia juga," kata dia.

 

"Hasil dari migrasi kita lihat bahwa dulu di Amerika ada suku Indian sekarang hampir punah, Australia Aborigin juga hampir punah, di Singapura dulu Melayu. Sekarang jadi Singapura," lanjutnya.

Karenanya, Gatot menegaskan, Indonesia harus waspada akan ada potensi eksodus atau migrasi besar-besaran penduduk dunia tersebut.

"Jadi puisi 'Jaka' itu kalau tidak waspada anakmu juga bisa seperti Jaka. Apabila kita tidak waspada bisa seperti Jaka tadi. Habis terpinggirkan, bukan orang Indonesia lagi, kita terpinggirkan," kata dia.

Berikut sedikit penggalan puisi berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya' karya Denny JA yang dibacakan Gatot tersebut.

"Sungguh Jaka tak mengerti, mengapa ia dipanggil ke sini. Dilihatnya Garuda Pancasila, tertempel di dinding dengan gagah. Dari mata burung Garuda, ia melihat dirinya. Dari dada burung Garuda, ia melihat desa. Dari kaki burung Garuda, ia melihat kota Dari kepala burung Garuda, ia melihat Indonesia."

"Lihatlah hidup di desa, sangat subur tanahnya. Sangat luas sawahnya, tapi bukan kami punya. Lihat padi menguning, menghiasi bumi sekeliling. Desa yang kaya raya, tapi bukan kami punya. Lihatlah hidup di kota, pasar swalayan tertata. Ramai pasarnya, tapi bukan kami punya. Lihatlah aneka barang, dijual belikan orang. Oh makmurnya, tapi bukan kami punya."

Kompas TV Panglima TNI Baca Puisi tentang Kritik Sosial

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com