JAKARTA, KOMPAS.com - Para Petani dari kawasan Pegunungan Kendeng menunda aksi unjuk rasa yang dilakukan dengan mengecor kaki di depan Istana Negara, Jakarta.
Rencananya aksi tersebut akan kembali digelar pada Selasa (21/3/2017) siang sekitar pukul 13.00 WIB.
Penundaan aksi dilakukan setelah Patmi (48 tahun), salah seorang peserta aksi, meninggal dunia pada Selasa (21/3/2017) dini hari, akibat serangan jantung.
"Aksi hari ini ditunda karena masih dalam masa berduka," ujar Sobirin, salah satu pendamping petani Kendeng dari Yayasan Desantara, saat ditemui di Kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017).
Sobirin mengungkapkan, setelah pertemuan dengan Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki pada Senin (20/3/2017) sore, para petani Kendeng memutuskan akan tetap melanjutkan aksi sebab tuntutannya belum terpenuhi.
(Baca: Suatu Malam di LBH Jakarta dan Harapan Petani Kendeng...)
Namun, jumlah petani yang mengecor kaki dikurangi menjadi sembilan orang. Sebagian besar petani memutuskan untuk membongkar belenggu semen di kaki mereka.
Sementara, sembilan petani Kendeng memutuskan untuk tetap meneruskan aksi secara bergantian di depan Istana Negara.
Petani yang sudah membongkar belenggu semen, termasuk Patmi, memilih pulang karena stamina mereka tidak memungkinkan untuk meneruskan aksi di Jakarta.
"Melihat dari respon kemarin di KSP dan melihat stamina peserta aksi kami memutuskan untuk mengurangi 50 menjadi sembilan orang," kata Sobirin.
Saat ini, jenazah Patmi sudah dibawa pulang ke kampung halamannya dan akan dimakamkan di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.
(Baca: Petani Kendeng Terbelenggu Janji Jokowi...)
Patmi merupakan salah satu petani asal Kendeng yang sejak Senin (13/3/2017) lalu melakukan unjuk rasa mencor kaki dengan semen di depan Istana Negara.
Para petani Kendeng itu memprotes izin baru yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dengan terbitnya izin tersebut, kegiatan penambangan karst PT. Semen Indonesia di Rembang masih tetap berjalan.