Sambil mengajar SMP, Jakob melanjutkan pendidikan tingkat tinggi. Dia memilih kuliah B-1 Ilmu Sejarah, lalu melanjutkan ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada hingga lulus pada 1961.
Belajar sejarah menumbuhkan minat Jakob untuk menulis. Persentuhannya dengan jurnalistik terjadi ketika dia mendapat pekerjaan sebagai sekretaris redaksi mingguan Penabur.
Providentia Dei. Perjalanan hidup sebelumnya membentuk Jakob menjadi wartawan yang lebih peka dengan bermacam permasalahan kemanusiaan.
"Saya sangat terbantu dan diperkaya oleh kepekaan humaniora yang terpupuk dan terkembang berkat pendidikan di seminari menengah," kata Jakob, dikutip dari buku Syukur Tiada Akhir.
Langkah Jakob semakin mantap di bidang jurnalistik. Hingga kemudian dia bertemu PK Ojong. Pertemuan dengan Ojong menjadi salah satu momentum penting, hingga keduanya melahirkan majalah Intisari, Harian Kompas, juga grup Kompas Gramedia.
***
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.