BOGOR, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto berharap agar pembuat rekaman percakapan dirinya saat bertemu Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin bersama pengusaha minyak Reza Chalid bisa diampuni dosanya.
"Mudah-mudahan pengirim blackmail itu diampuni," kata Novanto saat menghadiri acara Munas HKTI di Bogor, Kamis (19/11/2015).
Novanto pun santai menghadapi tuduhan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang dialamatkan kepadanya.
Dia tak mau berkomentar banyak soal kasus ini setelah Rabu (18/11/2015) malam menggelar jumpa pers.
"Ya namanya juga blackmail," kata dia. (Baca: Politisi PDI-P: Setya Novanto Sulit untuk Berkelit )
Dalam laporannya ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Senin (16/11/2015), Menteri ESDM Sudirman Said menyebut Setya Novanto bersama pengusaha minyak Reza Chalid menemui bos PT Freeport sebanyak tiga kali.
Pada pertemuan ketiga 6 Juni 2015, Novanto meminta saham sebesar 11 persen untuk Presiden dan 9 persen untuk Wapres demi memuluskan renegosiasi perpanjangan kontrak PT Freeport.
Novanto juga meminta agar diberi saham suatu proyek listrik yang akan dibangun di Timika dan meminta PT Freeport menjadi investor sekaligus off taker (pembeli) tenaga listrik yang dihasilkan dalam proyek tersebut.
Sudirman turut menyampaikan bukti berupa rekaman dan transkrip pembicaraan antara Novanto, pengusaha, dan petinggi PT Freeport. Bukti rekaman itu didapat dari seseorang yang dirahasiakan oleh Kementerian ESDM. Rekaman itu disebutkan dibuat untuk perlindungan diri. (Baca: Ini Cuplikan Rekaman yang Diduga Pertemuan Setya Novanto-Petinggi Freeport )
Atas rekaman itu, Novanto merasa telah diperas. Pasalnya, pertemuan dengan Freeport pertama kali dilakukan di kantor DPR. Namun, setelah pertemuan itu, Novanto mengajak Reza Chalid karena curiga dengan pertemuan selanjutnya dengan Freeport.
"Saya merasa ini kayak blackmail, juga begitu, diedar-edarkan," kata Novanto saat ditemui di kediamannya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (18/11/2015) malam.
"Saya begini juga Ketua DPR, kok sampai tega mem-blackmail begitu," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.