Seperti pernah ditulis di rubrik ini, disharmoni antara Megawati dan Presiden Joko Widodo harus segera diakhiri. Beruntung hubungan kultural mereka berciri patron-client (bapak-anak buah) yang sesungguhnya mudah dikelola.
Megawati politisi paling matang berpengalaman di republik ini yang sudah lama malang melintang sejak menjadi simbol perlawanan terhadap Orde Baru sampai mengantar Jokowi sebagai presiden ketujuh. Sudah sewajarnya Jokowi banyak belajar dan senantiasa meminta nasihat Megawati dalam menjalankan tugasnya.
Jokowi masih tetap mendapat dukungan lebih dari 50 persen menurut beberapa jajak pendapat sejak Januari sampai Maret lalu. Namun, tingkat kepuasan yang cukup tinggi ini terancam dianjlokkan oleh gejolak-gejolak sosial yang diakibatkan oleh kesulitan hidup rakyat banyak.
Bukan rahasia harga-harga kebutuhan sehari-hari makin melambung. Kritik dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, semakin hari semakin gencar dan bisa berubah menjadi aksi massal yang dapat berskala besar.
Jangan dilupakan, Jokowi bukannya tak bekerja, tetapi sebagian hasil pekerjaan tersebut masih dalam tahap rencana yang belum konkret. Selain itu, ada kelemahan internal berupa kegagalan menyosialisasikan rencana kerja pemerintah.
Jokowi mungkin membutuhkan Megawati dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Dukungan bulat PDI-P terhadap pemerintah akan mempercepat pula terjalinnya harmoni baru antara Megawati dan Jokowi.
Terlepas dari dukacita OTT di Sanur, Kongres PDI-P diharapkan menjadi awal baru untuk mengakhiri stagnasi politik selama ini. Kongres Bali ini menjadi sukacita besar bagi Megawati dan jajaran PDI-P untuk memberikan sumbangan terwujudnya Nawacita pemerintahan Jokowi.
* Artikel ini sebelumnya tayang di Harian Kompas edisi Sabtu (11/4/2015).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.