Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pindah ke Istana Bogor, Jokowi Dianggap Lakukan Pemborosan Anggaran

Kompas.com - 22/02/2015, 09:42 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepindahan Presiden Joko Widodo dari Istana Kepresidenan di Jakarta ke Bogor dalam kegiatan sehari-harinya dianggap sebagai pemborosan. Direktur Center for Budget Analysis Uchok Sky Khadafi menilai biaya yang dikeluarkan karena kepindahan itu menjadi berlipat lebih besar.

Uchok menjelaskan, alokasi anggaran untuk penyelenggaraan pengelola Istana Kepresidenan Bogor hanya Rp 26,8 miliar. Alokasi anggaran ini bukan disiapkan untuk membuka kantor atau mengadakan rapat kerja kenegaraan untuk setiap hari.

"Tapi, kalau Presiden Jokowi tetap ngotot membuka Kantor Kepresidenan di Istana Bogor maka alokasi anggaran bisa kemungkinan habis dengan cepat sekali," ujar Uchok di Jakarta, Minggu (22/2/2015).

Apabila anggaran Istana Bogor habis, Uchok memprediksi alokasi anggaran untuk penyelenggara pengelolaan Istana Kepresidenan Jakarta sebesar Rp 70,9 miliar diperkirakan akan terpakai juga.

"Kalau alokasi anggaran dipakai, baik yang ada pada Istana Kepresidenan Bogor dan Jakarta, ini namanya double anggaran," ujar Uchok.

Selain anggaran ganda, bila berkantor dan mengadakan rapat-rapat di Istana Bogor, Uchok mengatakan akan berdampak pula pada pemborosan anggaran atau akan menguras anggaran pada setiap kementerian.

Sebagaimana diketahui, jarak dari Jakarta-Bogor 70 kilometer. Bila seorang menteri memakai mobil merek Toyota jenis Crown Royal Saloon akan menghabiskan bahan bakar untuk pergi-pulang sebanyak 24 liter. Dengan harga Pertamax per liter sebesar Rp 8.800, maka akan menghabiskan anggaran untuk 34 menteri sebanyak Rp 7.180.800 sekali rapat.

Menurut Uchok, kalau para menteri mengadakan rapat di Jakarta, maka tidak akan dapat uang harian perjalanan dinas dan uang representasi. Tetapi, karena rapat di Kota Bogor, bagian dari wilayah Jawa Barat, Uchok mengungkap bahwa para menteri akan dapat uang harian perjalanan dinas dan uang representasi untuk 34 menteri sebanyak Rp 23.120.000 untuk sekali rapat.

"Jadi simulasi di atas, secara total anggaran 34 menteri untuk pulang pergi Jakarta-Bogor, dan uang harian perjalanan dinas serta uang representasi akan menghabiskan sebesar Rp 30.300.800," ucap Uchok.

Kemudian, jika dalam satu bulan ada empat kali rapat antara menteri dan Presiden Jokowi, maka pemerintah melakukan pemborosan anggaran sebesar Rp 121.203.200. Padahal, kalau rapat di Jakarta, Presiden Jokowi bisa menghemat anggaran sebesar Rp 121 juta per bulan.

"Selain pemborosan anggaran, rapat kerja di Bogor hanya bikin kabinet tidak efektif bekerja, dan gerak birokrasi juga lambat atau eksekusi kebijakan akan lama. Misalnya, menteri harus rapat di Bogor. Lalu menteri tersebut, setelah pulang dari Bogor, harus juga mengadakan rapat lagi di kementeriannya dengan eselon satu," kata Uchok.

Dengan jarak yang cukup jauh, Uchok memperkirakan, hal itu akan menjadi penghambat para menteri untuk segera bekerja. Sebagian besar waktu menteri yang seharusnya habis untuk bekerja nantinya justru akan habis di perjalanan.

"Dari persoalan di atas, kami dari CBA (Centre For Budget Analysis) meminta kepada Presiden Jokowi untuk segera pindah dari Istana Bogor ke Istana Kepresidenan Jakarta. Saat ini banyak pertanyaan publik, kenapa Presiden 'berkantor' di istana Bogor? Apakah hanya untuk menghindari Mbak Mega?" kata Uchok.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku merasa kesulitan untuk mencapai Istana Bogor yang jaraknya lebih jauh dibandingkan dengan Istana Kepresidenan Jakarta. Kalla mengaku tidak bermaksud mengeluh.

Meski mengakui jarak Istana Bogor jauh dari Jakarta, Kalla memaklumi karena kegiatan kenegaraan di sana tidak setiap hari digelar. (Baca: Wapres Jusuf Kalla Singgung Jauhnya Rapat ke Istana Bogor)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com