Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Presidensial dan Ideologi

Kompas.com - 13/02/2015, 15:00 WIB

Bisakah kita membedakan secara tegas ideologi partai-partai di KIH dan KMP? Semuanya partai nasionalis (dengan berbagai gradasinya) dan berdasarkan Pancasila. Demikian juga platform kebijakan mereka. Di bidang ekonomi, misalnya, semua partai memperjuangkan ekonomi kerakyatan. Di bidang hukum, semuanya sepakat perlunya hukuman maksimal, termasuk hukuman mati, bagi pelaku kejahatan narkoba, dan sebagainya.

Kaburnya perbedaan ini membuat partai-partai tidak memiliki penghalang yang berarti untuk saling berkoalisi, baik itu sifatnya relatif permanen maupun berdasarkan isu-isu kebijakan tertentu (ad hoc).

Perubahan sikap partai-partai ini juga tak akan "dihukum" oleh basis utama pendukung partai di masyarakat. Bukan karena masyarakat tak memiliki kemampuan menghukum, melainkan karena basis utama pendukung partai-partai jumlahnya sedikit. Pendukung utama partai-partai adalah mereka yang relatif setia terus-menerus merasa menjadi bagian dari partai-partai. Ini disebut dengan party identification. Temuan riset opini publik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) sepanjang 2004 hingga 2014 menunjukkan bahwa party identification di Indonesia sangat rendah, di kisaran 15-20 persen. Itu artinya, dukungan masyarakat kepada partai-partai juga sangat mudah berpindah. Maka, dalam mengambil keputusan untuk mendukung kebijakan presiden, partai-partai tidak begitu perlu memikirkan dampaknya terhadap basis utama pendukung mereka.

Dua kenyataan politik ini mengisyaratkan dua hal kepada presiden. Pertama, sangat mungkin partai pendukung presiden kadang-kadang (bahkan bisa sering) tidak mendukung kebijakannya. Maka, presiden harus selalu terbuka untuk melihat segala kemungkinan sumber dukungan. Kedua, dalam proses yang dinamis ini, presiden harus mengambil posisi memimpin, baik dari depan, dari tengah, maupun dari belakang. Kalau tidak, presiden akan terombang-ambing di antara berbagai kepentingan partai politik yang terus mendesakkan kepentingannya melalui penawaran dukungan politik.

Untuk itu, presiden harus menetapkan, menegaskan, dan konsisten dengan agenda prioritasnya. Apabila ini dimiliki dan dijalankan, presiden akan memiliki kriteria yang jelas akan bekerja sama atau tidak bekerja sama dengan partai mana dalam kebijakan-kebijakan yang akan dia jalankan.

Djayadi Hanan
Direktur Eksekutif SMRC; Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com