Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Calon Kapolri Mantan Ajudan Megawati

Kompas.com - 10/01/2015, 15:40 WIB

bisa dilakukan juga dalam memilih kapolri. Baik KPK dan PPATK dinilai telah berperan aktif dalam upaya pemberantasan korupsi, pencucian uang, dan mampu memberikan rekam jejak yang transparan terhadap calon pejabat pemerintah.

Peneliti ICW Emerson Yuntho yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil, menduga ada yang aneh dalam pemilihan kapolri saat ini. Menurut Emerson,  saat Jenderal Sutarman dicalonkan sebagai kapolri, Kompolnas, setidaknya meminta masukan dari KPK. Namun, sekarang hal itu tidak dilakukan. [Baca: Koalisi Masyarakat Sipil Temui Pimpinan KPK Terkait Pencalonan Kapolri]

Selain itu, koalisi tersebut mempertanyakan mekanisme pemilihan kapolri yang berbeda dalam pemilihan calon anggota kabinet. Padahal, jabatan kapolri dinilai sangat berperan penting dalam berbagai proses penegakan hukum.

"Apa alasan Presiden terburu-buru, padahal Sutarman pensiun masih nanti, bulan Oktober. Memang pelibatan KPK tidak ada dalam aturan. Tetapi ini diskriminatif, untuk menteri saja ada. Harusnya Jokowi bisa menggunakan KPK," kata Emerson seusai bertemu dengan pimpinan KPK di Gedung Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (10/1/2015). [Baca: Menko Polhukam: Belum Ada Perintah Penggantian Kapolri]

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengaku hingga saat ini tidak ada permintaan dari Presiden Jokowi terkait penelusuran nama-nama calon pengisi jabatan kapolri. Bambang mengatakan, KPK tidak akan melakukan intervensi soal hak prerogatif Presiden.

"Belum ada permintaan untuk dilakukan profiling secara resmi. Kalau belum diminta ya kita tidak akan lakukan," ujar Bambang. [Baca: Tidak Diminta Selidiki Calon Kapolri, KPK Tak Ingin Intervensi Presiden]

Bambang mengatakan, para pimpinan KPK menyadari besarnya keinginan publik, agar KPK dilibatkan dalam pemilihan calon kapolri yang baru. Namun, KPK tidak akan mengambil inisiatif, atau bekerja tanpa adanya instruksi khusus.

Sementara, saat ditanya soal proses penunjukan yang dianggap cepat, Menteri Sekretaris Negara Pratikno membantahnya. Menurut Pratikno, Presiden sudah lama mempertimbangkan pergantian kapolri termasuk menilai sosok Budi Gunawan.

Ajudan Megawati

Budi Gunawan saat ini menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Polri. Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1983 ini mulai menduduki pos strategis saat dipercaya menjadi ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001 hingga 2004.

Dari sana, pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah 11 Desember 1959 itu mendapat promosi  sebagai Karobinkar SSDM Polri hingga 2006.

Budi lalu ditunjuk sebagai Kaselapa Lemdiklat Polri. Beberapa posisi penting yang pernah ia duduki antara lain Kadiv Binkum Polri dan Kadiv Propam Polri. Selama berkarier di Korps Baju cokelat, Budi dua kali memimpin daerah, yaitu Kapolda Jambi pada 2008-2009 dan Kapolda Bali pada 2012.

Ketua Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi, menilai penunjukan Budi Gunawan berguna untuk memercepat proses penyegaran kepemimpinan.

Ia melihat ada konsolidasi dan kerja cepat yang tercecer, di mana ada delapan quick wins Polri hingga menjelang 100 hari kepemimpinan Jokowi-JK, Polri cenderung tertinggal.

Beberapa quick wins Polri antara lain penertiban kelompok radikal dan fundamental serta penangkapan gembong terorisme di Indonesia.

Situasi tersebut pada akhirnya menegaskan bahwa Polri butuh segera disegarkan kepemimpinannya agar mampu mengimplementasikan program-program pemerintahan Jokowi-JK dalam bidang keamanan dalam negeri.

"Dengan kata lain, kita harus menghormati pilihan Presiden Jokowi terkait dengan nama Budi Gunawan yang diajukan sebagai kapolri," ujarnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Nasional
Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Nasional
GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

Nasional
Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Nasional
Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Nasional
Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com