"Puan itu politisi yang networking-nya cukup luas, baik latar belakang keluarga maupun pengalaman politiknya di DPR dan DPP. Saya kira untuk kategori politisi sudah cukup layak," katanya.
Dalam catatan Qodari, Puan juga pernah menjadi Ketua Tim Pemenangan Pilkada Gubernur Jawa Tengah dan mampu memenanginya. Puan juga teruji karena beberapa kali menjadi ketua panitia dalam pelaksanaan perhelatan besar PDI-P dan acara itu sukses.
Sementara itu, pengamat politik, Lucius Karus, mengatakan sangat tidak etis dan subyektif jika menilai kapasitas Puan hanya dari latar belakang keluarga dan menghilangkan fakta lain yang dialami atau diperjuangkannya. Menurut peneliti senior pada Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) itu, Puan bukanlah kader instan karena telah melewati berbagai pengaderan di PDI Perjuangan.
"Puan Maharani harus diberi peluang yang sama dengan profesional lainnya. Selain punya latar belakang pendidikan yang terverifikasi, Puan juga meraih banyak prestasi di partai dalam mengantarkan Jokowi-Jusuf Kalla memenangi Pilpres 2014," katanya.
Ia menjelaskan, dalam dunia politik, kepercayaan rakyat saat pemilu selalu menjadi indikator kesuksesan politikus. Dalam menjawab hal ini, Puan sudah bisa membuktikannya dengan meraih suara terbanyak secara nasional dalam Pemilu 2014 dan memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla.
"Jadi, dengan modal ini sudah layak sebenarnya Puan Maharani diberi apresiasi, salah satunya menjadi menteri yang sesuai dengan kemampuannya," kata Lucius.
Oleh karena itu, Lucius meminta semua pihak tidak memandang Puan secara "sebelah mata" karena silsilah keluarganya. Lucius berharap publik juga tidak menghakiminya sebagai figur yang tak berprestasi hanya karena opini yang dibangun lawan politiknya. Penilaian semestinya harus datang setelah melihat hasil kerja.
"Jika kini jadi anggota kabinet, ini adalah ajang pembuktian diri seorang Puan Maharani. Apakah dia mampu atau tidak, diberi kesempatan dulu," katanya.
Kini pekerjaan rumah menanti Puan. Salah satunya adalah menjaga agar anak muda Indonesia tidak melupakan budaya dan seni Nusantara, merevolusi generasi penerus agar tidak hanya mengidolakan Justin Bieber dan seabrek budaya asing, tetapi juga menggandrungi batik, reog, wayang, dan kekayaan warisan leluhur di Tanah Air.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.