Kebiasaan Jokowi dalam "bermain" simbol pun berlanjut. Kala itu, Jumat (14/3/2014) siang, Joko Widodo yang masih jadi Gubernur DKI Jakarta mengaku diperintah oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai capres 2014. Jokowi mengatakan siap maju, lantas menyampaikan deklarasi diri di rumah Si Pitung, di Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara.
Jokowi memilih mendeklarasikan diri di rumah "Robin Hood" dari Betawi karena rumah itu merupakan simbol perlawanan terhadap kemiskinan dan keterbelakangan.
Si Pitung adalah salah satu pendekar Betawi yang berasal dari kampung Rawabelong, Jakarta Barat. Selain itu, Si Pitung menggambarkan sosok pendekar yang suka membela kebenaran dalam menghadapi ketidakadilan yang ditimbulkan oleh penguasa Hindia Belanda pada masa itu. Kisah pendekar Si Pitung ini diyakini nyata oleh para tokoh masyarakat Betawi, terutama di daerah Kampung Marunda, tempat yang terdapat rumah dan masjid lama.
Pembaca tentu masih ingat, deklarasi kesiapan menjadi calon presiden yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di rumah Si Pitung itu pun mendapatkan aksi protes dari organisasi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi.
Ketua Lembaga Antar Bidang Badan Musyawarah Masyarakat Betawi Muhammad Rifky menyatakan keberatan, dan meminta agar Jokowi segera meminta maaf kepada masyarakat Betawi karena Gubernur DKI ini telah menggunakan nama pahlawan Si Pitung untuk kepentingan politik.
Permasalahan kedua, Rumah Pitung merupakan cagar budaya. Menurut Rifky, tidak seharusnya cagar budaya dijadikan tempat deklarasi pencapresan suatu kelompok tertentu.
Mendengar tuntutan tersebut, Jokowi tak banyak berkomentar. Gubernur DKI Jakarta itu menilai anggapan tersebut salah kaprah. Simbol perlawanan yang Jokowi maksud bukanlah melawan capres-capres lain.
"Kok melawan capres lain, kita ini maju semuanya untuk membawa perubahan. Simbol perlawanan yang dimaksud itu perlawanan terhadap kemiskinan, perlawanan terhadap neo liberalisme, terhadap itu, bukan lawan capres lain," ujar Jokowi seusai berkampanye di Kota Gajah, Lampung Tengah, Sabtu (22/3/2014).
Berikutnya adalah kabar tentang rencana Jokowi untuk mengumumkan nama-nama menteri yang masuk dalam kabinetnya, yang akan berlangsung di Terminal III, Dermaga 300, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kenapa Jokowi memilih penyampaian nama menterinya di laut? Tentu kita masih ingat dengan peristiwa 22 Juli 2014. Saat itu, Jokowi membacakan pidato kemenangannya di Pelabuhan Sunda Kelapa sambil menunggangi kapal pinisi.
Simbol yang diisyaratkan Jokowi lebih kurang sama dengan pidato pelantikannya yang hendak mengembangkan karakter kemaritiman untuk dijadikan sebagai pola pikir dalam pembangunan. Indonesia harus mengolah potensi kelautan supaya menjadi negara bahari. Karakter bahari juga dia harapkan bisa terpatri dalam diri masyarakatnya.
Lalu, kenapa Jokowi mengumumkan kemenangannya di Pelabuhan Sunda Kelapa? Seperti yang kita ketahui, Selat Sunda pada zaman Hindia Belanda diibaratkan sebagai World Trade Center. Pusat perdagangan dunia, dari Eropa, India, dan Tiongkok.
"Dulu pada zaman kerajaan Sriwijaya berjaya, kerajaan Majapahit berjaya, maritimnya berjaya karena armada lautnya," ujar Joko Widodo, Kamis (14/8/2014).
Selain itu, Sunda Kelapa yang sekarang dinamakan Jakarta merupakan kota yang erat dengan Jokowi. Dia mengimplementasikan gagasan dan tindakannya yang progresif di Jakarta ini. Jadi, tidak heran jika Jokowi, Jakarta, dan maritim adalah konsep yang akan menjadi cetak biru perkembangan Indonesia lima tahun ke depan.
Pengumuman di Sunda Kelapa juga bisa dimaknai sebagai penaklukan Sunda Kelapa oleh utusan Demak, Fatahillah, 485 tahun yang lalu, atau tanggal 22 Juni 1527. Saat itu, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Falatehan) merebut Sunda Kelapa.