Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres Sudah Selesai, Lalu di Mana Kedaulatan Warga Negara?

Kompas.com - 26/08/2014, 05:43 WIB
Ingki Rinaldi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di manakah kedaulatan warga negara di tengah realitas politik kontemporer Indonesia seusai Pemilu Presiden 2014? Bertajuk Curhat Politik 3, sebuah diskusi memotret perlunya penggalangan solidaritas warga untuk merasakan kedaulatan sebagai warga negara itu.

"Sekarang ini tidak bisa lagi melakukan advokasi pada masyarakat seperti yang dilakukan sebagian NGO (non-governmental organization) dengan tujuan menyadarkan hak-hak warga. Sekarang waktu sudah berubah," kata Aktivis kemanusiaan yang juga inovator sosial, Masril Koto, Minggu (24/8/2014) malam.

Bertempat di kantor Purusha Research Cooperatives, di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Masril dalam dikusi ini berpendapat solidaritas penting untuk digalang kembali. "Karena model-model penyadaran warga seperti dilakukan sebagian NGO di masa lalu relatif tidak tepat lagi," ujar lelaki yang juga adalah pendobrak kebekuan fungsi intermediasi perbankan lewat inisiasi ratusan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) itu.

Masril menegaskan pendekatan masa lalu tak lagi cocok. Menurut dia, saat ini justru yang penting ialah dengan melakukan advokasi guna pemberdayaan ekonomi.

Gagasan politik

Salah seorang peserta diskusi lainnya, Hizkia Yosie Polimpung, melontarkan pentingnya mempertanyakan kembali gagasan tentang politik. "Apa itu politik? Apa sih yang politis dari politik?" tanya peneliti dan dosen ini.

Yosie yang juga menulis buku Asal Usul Kedaulatan; Telusur Psikogenealogis Atas Hasrat Mikrofasis Bernegara (2014) tersebut juga mempertanyakan tentang hak pilih. Menurut dia, belum tentu warga yang menunaikan hak pilih identik dengan lelaku politis dan demikian pula golput yang tidak sama dengan perilaku apolitis.

Atau dalam bagian selanjutnya, kata Yosie, tidak selamanya hiruk-pikuk tentang dunia pop kontemporer yang hidup di tengah masyarakat dan diunggah di media sosial menjadi cerminan sikap apolitis. "Bahkan bisa jadi sebaliknya", ujar Yosie.

Mengutip filsuf Slavoj Žižek, Yosie mengatakan pada era yang disebut-sebut sebagai masa berakhirnya ideologi bisa jadi pembedaan antara yang ideologis dan tidak ideologis menjadi cenderung tak bisa dilakukan.

Adapun peserta diskusi lain, Aditya Fernando, lebih menyoroti tentang peran bahasa dalam mengkonstruksikan kedaulatan yang juga berkelindanan dengan kekuasan. Pilihan nama tempat, menjadi contoh yang dia sodorkan.

Aditya mengambil contoh frasa "Jakarta Pusat" sebagai nama tempat yang mungkin bukan kebetulan menjadi tempat kedaulatan berpusat. Karena itulah, dalam penyebutan-penyebutan selanjutnya, Aditya mencoba menawarkan gagasan untuk menggunakan frasa "Jakarta Tengah."

Sementara itu, peserta lain, Yogi Ishabib, memberikan tanggapan soal peran media dan kemana fokus mesti dialihkan. Ini, kata dia, alih-alih tentang meleburnya batasan antara konsumen dan produsen media di era informasi yang meniscayakan keberdayaan warga lewat media sosial.

Komunitas Atap Gedung

Diskusi yang telah memasuki edisi ke-3 itu diinisiasi sejumlah pegiat komunitas Atap Gedung. Sebelumnya, diskusi itu dilangsungkan pada Sabtu (21/6/2014) dan Minggu (20/7/2014).

Garis hubung yang menjadi tema besar diskusi bertajuk Curhat Politik itu ialah dengan mengupayakan studi dan kajian mendalam perihal posisi, kedaulatan, dan hak serta kewajiban warga dalam kehidupan bernegara.

Warga yang dimaksudkan di sni merupakan entitas keseluruhan warga negara, termasuk yang memilih golput dan sebagian warga yang selama ini dipersepsikan sebagai kelompok apolitis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com