Maka, setelah bersidang selama hampir tujuh jam, Majelis Hakim Konstitusi akhirnya memutuskan menolak seluruhnya permohonan pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Dengan demikian, pasangan nomor urut dua, Joko Widodo-Jusuf Kalla tetap menjadi presiden dan wakil presiden terpilih 2014-2019.
"Menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," kata Ketua Majelis Hakim Konstitusi, Hamdan Zoelva, di Gedung MK, Jakarta, Kamis (21/8) pukul 20.44 Wib. Pada saat putusan dibacakan, massa yang sore tadi ricuh di depan Gedung MK sudah mencair.
Tentu saja, tim hukum pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kecewa dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang menolak seluruh permohonan perselisihan Pemilu Presiden 2014 yang diajukan pasangan nomor satu ini. Pasangan Prabowo-Hatta mengaku tidak mendapatkan keadilan di MK.
"Rasa keadilan yang tidak didapat di sini, dia punya logika sendiri. Keadilan itu mencari, mungkin di jalanan, mungkin di tempat lain, keadilan itu didapat. Makanya ada istilah street justice," kata anggota tim hukum Prabowo-Hatta, Eggy Sudjana, di Mahkamah Konstitusi, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (21/8/2014).
Eggy menegaskan, keputusan MK akan mengakumulasi atau mentrigger. Bahkan putusan hakim MK meradikalisasi pendukung Prabowo yang merasa dizalimi.
Tidak ada satupun permohonan yang dianggap betul. Menurut Eggy, itu penghinaan akal sehat. "Karena seluruhnya ditolak, berarti sama juga menganggap kita ini 'goblok' banget gitu lho," kata Eggy.
"Hmmm... sampai segitunya si Egy..." celetuk Rudi.
"Hush, coba kalau kamu jadi Egy, tentulah galau juga," sahut saya.
"Iya, tapi jangan juga kegalauan Egy dan kawan-kawan berkepanjangan. Kita sudahi saja sampai di sini. Semua orang sudah capek. Ntar kalau mereka masih nggak terima dengan keputusan MK, kita semua ikutan repot. Jalanan macet, ribut-ribut. Kalau kita sudahi perkara ini kan kita bisa bekerja lagi dengan tenang, masing-masing kubu bisa berjabat-tangan lagi, akur lagi, happy lagi..."
"Semoga aja akan begitu kisah selanjutnya."
"Aku udah kangen sama kawan-kawan yang tempo hari mendukung Prabowo. Moga-moga sehabis ini kita bisa ngopi bareng lagi."
"Iya, aku juga kangen sama status-status indah sebagian kawan-kawan sebelum ada ramai-ramai Pilpres. Begitu Pilpres berlangsung, mereka memenuhi wall FB dengan status yang provokatif penuh fitnah dan kebencian."
"Iya, aku juga rindu...."
"Halah, sudah. Pake rindu segala, tuh lihat di panggung, si Jaya sedang nandak."
"Nandak gituan mah gue juga bisa."
"Coba..."
"Bawa badan pergi berkencan, barang berharga bawa ke sono. Putusan MK sudah dibacakan, semua orang harus legowo."
"Boleh juga. Punya yang lainnya?"
"Bali punya Kuta dan Kintamani, segar sehat hawa di Senggigi. Mari kita sudahi pertikain ini, agar rakyat bisa bekerja kembali."
"Aku juga bisa."
"Coba."
"Pepes peda pakai kemangi, dimakan pakai nasi dan lada. Kalau Pilpres ada lagi, jangan kasih tahu dia."
"Emang kenapa?"
"Habis dia gitu orangnya..."
"Kenapa?"
"Ya..., gitu deh. He he he..."
"Sudah.. sudah..."
"Pis man! Sudah saatnya kita bercanda lagi tanpa disertai amarah dan kebencian."
@JodhiY
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.