Pengamatan Kompas.com, kerumunan warga selalu terjadi. Massa berdesakan hanya sekadar untuk bersalaman atau foto bersama Jokowi.
Jari-jari tangan Jokowi pun sampai lecet saking banyaknya ia bersalaman. Beragam "kegilaan" pun muncul dari aneka rupa dukungan yang datang untuk Jokowi.
Banyak orang, misalnya, rela datang dari tempat-tempat yang jauh dari lokasi kampanye hanya dengan harapan bisa bersalaman dengan Jokowi, bahkan sekadar untuk bisa melihatnya langsung secara sekilas.
Belum lagi warga yang tetap menunggu kedatangan Jokowi sekalipun sudah jelas-jelas terlambat berjam-jam dari jadwal. Itu pun, setelah sekian lama menunggu, Jokowi bisa jadi hanya belasan menit ada di sana.
"Semua kota yang didatangi gila. Trenggalek, Tulungagung, Blitar, 'gila' semuanya. Benar-benar 'gila'," ujar pengamat politik dari Soegeng Sarjadi School of Goverment, Sukardi Rinakit, Minggu (29/6/2014) pagi.
Di kota-kota yang disebutkan Sukardi itu, Jokowi bertemu dengan para relawan saat orang-orang pada umumnya sudah terlelap. Di Blitar, misalnya, pertemuan dengan relawan berlangsung pada Sabtu (28/6/2014) pukul 00.02 WIB, berlanjut di Trenggalek pada pukul 02.00 WIB.
Belum cukup, di Tulungagung berlangsung pertemuan dengan relawan masih pada hari yang sama, pukul 03.00 WIB. Rombongan Jokowi baru masuk ke penginapan pada pukul 04.30 WIB. Waktu istirahat pun hanya hitungan satu hingga dua jam karena pada pukul 08.00 WIB dia sudah kembali berkampanye.
Pelawak kondang Hartono alias Cak Lontong yang baru sekali mengikuti kampanye Jokowi pun sampai kapok. Dia pun mengaku akan berpikir 100 kali sebelum memutuskan kembali ikut kampanye Jokowi.
Mengapa ada fenomena "Gila" Jokowi?
Setali tiga uang pula dengan dukungan kelompok masyarakat yang menyatakan akan mendukung Jokowi-Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Hingga Jumat (27/6/2014), tak kurang dari 1.224 kelompok relawan tercatat mendukung pasangan ini.
Jumlah relawan dari semua kelompok itu mencapai lebih dari 900.000 orang, melampaui target 500.000 yang dipatok tim sukses Jokowi-Kalla.
Rekening gotong royong yang dibuka untuk menyokong kampanye Jokowi-JK pun mendapati tambahan antara Rp 1,5 miliar sampai Rp 2 miliar per hari hingga sekarang akumulasinya sudah lebih dari Rp 50 miliar.
Fenomena tersebut, menurut Sukardi, memperlihatkan bahwa Jokowi memang dicintai rakyat. Dia berpendapat, ada dua alasan bisa menjelaskan Jokowi bisa dicintai sedemikian rupa.
Pertama, ujar Sukardi, masyarakat berpikir bahwa Jokowi itu seperti rakyat pada umumnya. "Bukan kayak dari pejabat atau elite. Tidak berjarak," ujar dia.