Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud Beri Tips untuk Prabowo Jawab soal Pelanggaran HAM

Kompas.com - 20/06/2014, 12:24 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD sempat mengungkapkan isi percakapannya dengan calon presiden Prabowo Subianto soal isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Percakapan itu terjadi seusai acara debat calon presiden putaran pertama ketika calon wakil presiden Jusuf Kalla mempertanyakan soal HAM.

"Saya pernah bilang ke Pak Prabowo, 'Bagaimana menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu jika Bapak menjadi presiden?' Itu kan pertanyaan Jusuf Kalla," kata Mahfud menirukan pertanyaan Jusuf Kalla dalam acara debat itu.

Mahfud yang kini menjabat sebagai Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bercerita, dalam debat itu Prabowo menjawab, "Saya akan bertanggung jawab dan tanyakan ke atasan saya."

"Saya bilang seusai debat kepada Prabowo, ada yang lebih bagus jawabannya, yakni seharusnya Anda (Prabowo) bertanya balik, pelanggaran HAM yang mana di masa lalu yang harus diselesaikan," ujar Mahfud mengulangi percakapannya dengan Prabowo.

Menurut Mahfud, jika hendak membicarakan HAM pada masa lalu, di kubu Jokowi-JK juga ada Wiranto yang juga diduga melanggar HAM. Ada AM Hendropriyono yang juga diduga pelanggar HAM.

Mahfud juga menuding kasus pelanggaran HAM juga terjadi dilakukan oleh Soeharto, Bung Karno, yang semuanya itu dalam dokumen sejarah terlibat dalam pelanggaran HAM.

"Mari kita mulai tahun 1965 terjadi pelanggaran HAM besar-besaran ketika ratusan ribu yang dituding PKI itu dibantai dan itu yang bertanggung jawab Pak Harto. Sebelum G-30 S PKI terjadi, ada juga pelanggaran HAM umat Islam banyak yang dibantai, jenderal-jenderal banyak yang dibantai, itu yang bertanggung jawab adalah Bung Karno sebagai presiden," kata Mahfud saat meresmikan kantor MMD Initiative wilayah barat yang terletak di Provinsi Bengkulu, Jumat (20/6/2014).

Tak berhenti sampai di situ, Mahfud mengatakan, pada 1984, ada juga pelanggaran HAM Tanjung Priok, umat Islam diberondong dan tewas diangkut dengan truk, dikumpulkan dan dikubur yang sekarang kuburan massal itu sudah menjadi tol.

"Siapa yang bertanggung jawab itu? Di Lampung, tahun 1991, ada kasus Talang Sari, orang satu desa dibunuh siapa yang bertanggung jawab di situ? Peristiwa Dili, Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh. Peristiwa 98, itu semua pelanggaran HAM," bebernya.

Kalau mau ditanya yang mana mau diselesaikan, tidak hanya Prabowo yang harus menyelesaikan. "Artinya, jika dilihat dari mozaik, Prabowo itu adalah bagian terkecil, bukan hendak mengecilkan karena pada saat itu karena situasi politik," kata dia.

Mahfud menawarkan penyelesaian kasus HAM di Indonesia adalah dengan cara rekonsiliasi, tak usah mencari siapa yang salah karena jika itu dilakukan akan banyak yang kena. "Kenapa tawaran itu saya tawarkan, mari kita berbesar hati untuk saling memaafkan bersatu untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang maju di masa depan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com