Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK Jadi "Magnet" di Mata Warga NU

Kompas.com - 22/05/2014, 16:29 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sosok Jusuf Kalla (JK), yang digandeng Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon Wakil Presiden akan menjadi magnet penarik massa dari kalangan warga Nahdlatul Ulama di Jawa Timur.

Sosok JK dinilai akan mampu menaklukkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di wilayah Jawa Timur.

"Sosok JK yang akan menjadi magnet terhadap warga Nahdliyin. Prediksi saya, di Jawa Timur pasangan Jokowi-JK yang akan unggul. Predisksi saya, Jokowi-JK akan mampu meraih suara 70 persen di Jatim. Prabowo-Hatta hanya akan meraih 30 persen," kata pengamat politik Universitas Merdeka Malang, Rachmad Effendy, Kamis (22/5/2014).

Namun, dua pasangan capres-cawapres itu memang sama-sama kuat. Visi-misinya dinilai ideal. "Kalau dilihat dari gaya komunikasi politiknya atau retorikanya, Prabowo lebih unggul dari Jokowi. Namun, yang menjual pada diri Jokowi, karakter dan kepribadiannya yang merakyat dan berjiwa pekerja keras," ungkap Rachmad.

Di mata masyarakat Jawa Timur, terutama warga Nahdliyin, Jokowi-JK lebih punya daya tarik dibanding sosok Prabowo-Hatta. "Apalagi, JK adalah Mustasyar PBNU. Sementara di pasangan Prabowo hanya ketua tim pemenangan yakni Mahfud MD dan beberapa kiai. Itu hanya dukungan secara personel," katanya.

Pasangan Jokowi-JK akan mampu meraih 70 persen di Jatim, kata Rachmad, jika tim pemenangannya bekerja efektif dan mesin partainya berjalan maksimal. "Karena di Jatim PKB punya suara bagus. Tapi, jika mesin politiknya tak jalan amksimal, bisa kalah pada pasangan Prabowo-Hatta," ungkapnya.

Rachmad menawarkan, kedua pasangan itu, untuk di wilayah Jawa Timur, harus menawarkan beberapa program yang menyentuh dengan masyarakat. "Masyarakat di Jatim, mayoritas petani. Karenanya, program ketahanan pangan harus menjadi program utama kedua pasangan capres," katanya.

Rachmad berharap, kedua pasangan capres-cawapres itu, mengurangi kampanye yang saling menjelekkan sesama capres-cawapres. "Karena hal itu malah akan merugikan pihak yang melakukannya. Masyarakat mulai cerdas dan tak suka calon yang menjelek-jelekkan calon lainnya," kata dia.

Ditanya soal "Mahfud Effect", Rachmad menilai tidak akan terlalu efektif. "Karena sosok Jokowi sudah menang di pencitraan dan sudah menjadi idola masyarakat. Dipasangkan dengan dengan JK malah lebih menarik dan mengakar di mata warga Nahdliyin," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Nasional
Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Nasional
55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

Nasional
Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Nasional
Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Nasional
Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Nasional
Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Nasional
Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com