Namun, kehilangan dukungan Golkar masih terbalaskan dalam jumlah yang relatif sama dari para pendukung baru yang juga berasal dari Hanura, Gerindra, Nasdem, ataupun dalam jumlah yang lebih besar diperoleh dari masuknya para pendukung Demokrat. Hanya saja, secara total sekalipun sirkulasi dukungan tidak defisit, Golkar dihadapkan pada angka pertambahan yang relatif sedikit dengan mobilitas pemilih besar.
Sosok Aburizal menguat
Kedua, rapuhnya dukungan yang terjadi terkait dengan kualitas sosok yang diusung partai ini sebagai presiden. Hasil survei terbaru memang menunjukkan, Aburizal Bakrie, ketua umum partai yang diusung sebagai calon presiden, saat ini masih terbesar pendukungnya. Dari semua responden survei yang mengaku memilih Golkar, sebesar 40 persen memilih Aburizal. Dibandingkan dengan survei sebelumnya (35 persen), tidak terbantahkan jika belakangan ini terjadi penguatan sosok Aburizal dalam tubuh pemilih Golkar. Demikian pula hasil survei menunjukkan, kadar resistansi pemilih terhadap sosok Aburizal relatif menurun sekalipun kurang signifikan.
Akan tetapi, hasil survei juga menunjukkan loyalitas dukungan Aburizal masih rapuh. Hanya 45 persen yang tergolong loyal. Kehadiran sosok Jokowi, misalnya, mampu menyedot 29 persen pendukung Aburizal.
Keberadaan Wiranto, Prabowo, dan Jusuf Kalla juga tidak dapat diremehkan. Tidak kurang dari 14 persen pendukung Aburizal teralihkan oleh ketiga sosok tersebut. Bahkan, ancaman terbesar saat ini justru semakin meningkatnya penetrasi Wiranto bersama Hanura, yang mampu mengalihkan hingga 8 persen pendukung Aburizal.
Yang terjadi pada Golkar dan Aburizal Bakrie sebenarnya juga berlangsung mirip dengan yang terjadi pada para pendukung Partai Hanura, Nasdem, dan Gerindra. Barisan pendukung partai juga tergolong rapuh. Dari sisi luar partai, tarikan magnet Jokowi mampu mengalihkan pendukung Aburizal-Golkar, Wiranto-Hanura, Prabowo-Gerindra, dan juga Nasdem.
Sementara dari sisi internal, setiap sosok calon presiden dihadapkan pada derasnya mobilitas dukungan. Pada akhirnya, partai-partai itu pun berkutat dengan perebutan pengaruh di antara setiap sosok hingga cenderung mempertontonkan kondisi ”saling memakan” dalam ceruk yang sama.
Ketika diperhadapkan pada kalkulasi politik pemilu mendatang, fenomena yang kini berlangsung pada tubuh Golkar menunjukkan betapa terjal jalan yang harus dihadapi. (Bestian Nainggolan/Litbang Kompas) Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.