Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Semoga Bisik-bisik Politik tentang MK Tidak Benar

Kompas.com - 18/12/2013, 14:54 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meyakini, Mahkamah Konstitusi akan memutuskan gugatan uji materi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan obyektif tanpa mengaitkan dengan hal lain.

"Saya percaya kepada MK lembaga terhormat yang tentu tidak mencampuradukkan apa pun," kata Presiden saat jumpa pers di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (18/12/2013).

Hal itu dikatakan Presiden menyikapi informasi yang dia terima bahwa judicial riview UU Pilpres itu dikait-kaitkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) MK.

"Saya dengar dan mudah-mudahan tidak benar dan tidak terjadi. Konon katanya, Perppu tentang MK dikaitkan dengan apa yang sedang ditangani MK, yaitu persoalan UU Pilpres. Saya dengar bahwa bisik-bisik politik itu bisa dikaitkan. Saya tidak percaya," kata Presiden tanpa merinci bagaimana mengaitkannya.

Dalam jumpa pers itu, Presiden SBY kembali menjelaskan mengapa ia mengeluarkan Perppu tentang MK. Perppu itu dikeluarkan setelah muncul kritis kepercayaan publik terhadap MK pascaterjeratnya Akil Mochtar (ketika itu Ketua MK).

Krisis kepercayaan itu, kata Presiden, terlihat dari aksi anarkistis ketika persidangan di MK ataupun desakan agar dilakukan pengujian ulang sejumlah putusan sengketa hasil pemilu kepala daerah di MK. Setelah berkonsultasi dengan para pimpinan lembaga negara, menteri terkait, dan pakar hukum tata negara, kata Presiden, Perppu MK dibuat.

"Perppu diniatkan agar MK yang punya peran dan kewenangan begitu penting tetap terjaga wibawanya, tetap kuat, tetap mendapatkan kepercayaan penuh dari rakyat. Tanpa kepercayaan tentu akan sangat mengganggu kehidupan bernegara," kata Presiden.

Presiden menambahkan, menerbitkan Perppu adalah hak Presiden seperti diatur konstitusi. Hak DPR pula untuk menerima atau menolak Perppu itu disahkan menjadi UU. Apa pun keputusan DPR nanti, Presiden mengaku menghormati.

"Itu yang ingin saya sampaikan agar rakyat tenang dan tidak terbawa diskursus yang berlebihan. Kita hormati saja apa yang akan diambil DPR berkaitan dengan Perppu, kita hormati saja apa yang akan diambil MK berkaitan dengan UU Pilpres," pungkas Presiden.

Seperti diberitakan, pakar hukum tata negara, Yusril Izha Mahendra, telah mengajukan gugatan judicial riview UU Pilpres ke MK. Yusril meminta agar pelaksanaan pilpres bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif. Jadi, semua parpol perserta pemilu bisa mengusung pasangan capres-cawapres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan 'Back Up' Data Imigrasi

[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan "Back Up" Data Imigrasi

Nasional
Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Nasional
Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Nasional
Pejabat Pemerintah Dinilai Tak 'Gentle' Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Pejabat Pemerintah Dinilai Tak "Gentle" Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Nasional
Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

Nasional
PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

Nasional
38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

Nasional
PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

Nasional
Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung 'Cawe-cawe' Jokowi?

Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung "Cawe-cawe" Jokowi?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com