Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yenny: Gus Dur Lengser Bukan karena Kasus Korupsi

Kompas.com - 29/11/2012, 15:21 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Putri Presiden ke-4 RI, Almarhum KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid, mengatakan bahwa permintaan maaf politikus Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, dimaksudkan untuk meluruskan sejarah. Seperti diketahui, pernyataan Sutan yang menyebutkan  Gus Dur dilengserkan dari jabatannya karena skandal kasus Buloggate dan Bruneigate. Menurut Yenny, alasan pelengseran Gus Dur bukan seperti yang diungkapkan Sutan.

"Kami keluarga Wahid dan nahdliyin menerima permintaan maaf Beliau (Sutan). Momen ini sekaligus buat pelurusan sejarah bahwa Gus Dur diturunkan bukan karena kasus korupsi, melainkan karena ketegangan antara DPR/MPR dan pemerintah saat itu," kata Yenny di kediaman Gus Dur, Ciganjur, Jakarta, Kamis (29/11/2012).

Yenny mengatakan, ketegangan antara lembaga legislatif dan eksekutif saat itu karena pergantian kepala Polri. Saat itu, Gus Dur mengganti Kapolri Jenderal (Pol) R Suroyo Bimantoro dengan Jenderal (Pol) Chairudin Ismail tanpa sepengetahuan legislatif. Menurut Yenny, hal itu membuat legislatif naik pitam.

"Itu karena Gus Dur tidak berkonsultasi dengan mereka (legislatif). Jadi bukan karena kasus korupsi," tuturnya.

Akan tetapi, ia menyatakan apresiasi atas langkah yang dilakukan Sutan berkat inisiatif Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Pernyataan Sutan, dipahaminya merupakan pernyataan individu, dan tidak mewakili partai.

"Pernyataan antara Pak Sutan dan Partai Demokrat ini harus dipisahkan. Keluarga mengimbau pendukung dan pencinta Gus Dur untuk menyikapinya dengan dewasa. Pasalnya, ada itikad baik (petinggi Partai Demokrat) untuk datang langsung ke sini," kata Yenny. 

Ia pun menganggap polemik ini berakhir dengan adanya permintaan maaf dari Sutan. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Sutan Bhatoegana akhirnya meminta maaf kepada keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) terkait pernyataannya, yang dianggap menghina Almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dalam sebuah diskusi, Sutan menyebutkan bahwa Gus Dur, Presiden ke-4 RI, lengser karena skandal korupsi Buloggate dan Bruneigate. Pernyataan ini mengundang kemarahan dari kalangan nahdliyin dan pengagum Gus Dur. Sutan pun dituntut untuk meminta maaf.

"Jika ada yang kurang berkenan, segera saya ralat sekaligus mohon maaf. Semoga ini bisa berdampak positif agar tidak terjadi ketegangan, terutama agar keluarga besar NU dan Partai Demokrat tidak ada gesekan," kata Sutan di kediaman keluarga Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (29/11/2012).

Sutan mengatakan, permintaan maaf baru disampaikannya pada hari ini karena harus berkonsultasi dengan internal Partai Demokrat. Ia tak ingin ada salah tafsir atas pernyataannya. "Saya berkata jujur, dibilang salah. Serba salah. Saya diam, dibilang sombong. Makanya saya konsultasi dulu," katanya.

Baca juga:
Akhirnya, Sutan Minta Maaf kepada Keluarga Gus Dur dan NU

Dianggap Hina Gus Dur, Ini Jawaban Sutan
Sutan Hina Gus Dur, Anas Minta Maaf
Emosi Warga Nahdliyin Bisa Memuncak
Gus Dur Dilecehkan, Garda Bangsa Jatim Marah
Lecehkan Gus Dur, Sutan Bhatoegana Didemo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

Nasional
[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK 'Gentle'

[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK "Gentle"

Nasional
Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com