Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Penembus Batas

Kompas.com - 02/05/2011, 08:13 WIB

DARI London ke Roma. Demikianlah kebahagiaan itu mengalir. Pada 29 April lalu, mata dunia menyaksikan pesta perkawinan Pangeran William dengan Kate Middleton. Dunia seakan lupa penderitaannya, ketika itu.

Kemarin, dunia merasakan kebahagiaan baru yang memancar dari Roma. Di sana, di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, diperkirakan 1 juta orang mengikuti misa beatifikasi—tahap terakhir sebelum seseorang dinyatakan sebagai orang kudus—bagi almarhum Paus Yohanes Paulus II. Ia dinyatakan sebagai ’beato’, yang berbahagia.

Inilah pertama kali, sejak misa agung yang dihadiri sekitar 3 juta orang saat upacara pemakaman Yohanes Paulus II tahun 2005, Roma kembali dibanjiri peziarah. ”Beatifikasi kali ini berbeda karena memang Paus yang ini berbeda. Ia adalah orang yang memainkan peran penting dalam sejarah, bukan hanya sejarah Gereja (tetapi juga dunia),” kata Andrea Riccardi, pendiri Komunitas Sant’ Egidio, kelompok Katolik liberal (International Herald Tribune, 30/4-1/5).

Yohanes Paulus II memang beda. Ia tokoh agama paling berpengaruh di zaman kita ini dan zaman modern ini. Pengaruhnya melintasi batas-batas agama, batas-batas etnik, golongan ataupun kelompok, batas-batas bangsa, dan batas-batas strata ekonomi, sosial, serta politik.

Dia bukan hanya pemimpin umat Katolik sedunia (ketika itu), melainkan juga pemimpin orang-orang bebas yang berani berdiri tegak menentang dan melawan rezim tirani. Ia tidak mengenal rasa takut untuk melemparkan kritik-kritik tajam, penuh semangat, dan konsisten terhadap semua ideologi, apakah itu komunisme, fasisme, individualisme, konsumerisme, dan relativisme. Dan, ia dengan terang-terangan menentang invasi militer AS ke Irak (Paus Yohanes Paulus II, Musafir dari Polandia).

Majalah Time yang tahun 1994 menobatkan dia sebagai ”Man of The Year”, edisi 26 Desember 1994, menulis, ”Pengaruh Yohanes Paulus II terhadap dunia begitu dahsyat, merentang dan menembus dunia hingga masuk ke pribadi orang. Kekuatannya ada dalam kata-katanya.”

Sejarah juga mengenang peran penting Yohanes Paulus II dalam pembebasan Eropa Timur dari komunisme. Ia tokoh yang tidak henti-hentinya memperjuangkan perdamaian dunia, kebebasan beragama, toleransi sesama umat beriman, hak-hak asasi manusia, dan keadilan sosial.

Dalam hal kerukunan antar-umat beragama, paus asal Polandia ini mewujudkannya dengan mengunjungi dan masuk Masjid Ummayad di Damaskus, Suriah, Mei 2001, dan masuk ke sinagoga, tempat berdoa orang-orang Yahudi, di Roma.

Dialog untuk terciptanya sebuah eukumene dengan Gereja-gereja Timur, Protestan, dan Anglikan tak henti dilakukan Paus. Ketika mengunjungi Maroko, Agustus 1985, atas undangan Raja Hasan II, di hadapan para pemuda Muslim ia mengatakan, ”Kita memercayai Tuhan yang sama, satu Tuhan, Tuhan yang hidup, Tuhan yang menciptakan dunia dan membuat semua ciptaan-Nya dalam kesempurnaannya.… Gereja Katolik memandang dengan penuh hormat dan mengakui persamaan dari kemajuan agama Anda, kekayaan tradisi spiritual Anda....”

Memang, ibarat pepatah, tiada gading yang tak retak. Ada suara-suara yang mempertanyakan mengapa begitu cepat ia dinyatakan sebagai ”Yang Berbahagia” karena di zaman kepemimpinan dia juga ada banyak masalah. Namun, bagi banyak orang, tanpa dibeatifikasi pun, dia tetap dianggap sebagai orang kudus. Roma locuta, causa finita, Roma bicara perkara selesai: Dia yang Berbahagia! (Trias Kuncahyono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com