Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rieke Pun Nyaris Jadi Korban NII

Kompas.com - 01/05/2011, 04:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jauh sebelum kasus cuci otak yang diduga dilakukan kelompok yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia, politisi PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka, mengaku hampir saja dibaiat oleh kelompok NII. Kejadian itu ia ingat-ingat terjadi sekitar tahun 1995-1996, sebelum kemudian meletus gerakan reformasi tahun 1998.

"Dulu, saya getol belajar ngaji, memperdalam ajaran Islam. Saya masih kuliah S-1 ketika itu di UI (Universitas Indonesia)," cerita Rieke kepada Tribun, Sabtu (30/4/2011).

Beberapa kali, kelompok yang dimaksudnya itu mengajak untuk bertemu dan berdiskusi. Awalnya, diskusi seputar Islam, kemudian soal kondisi terkini, masalah bangsa.

"Makin lama diskusi kemudian saya rasakan berubah, mereka mengajak untuk membentuk negara baru. Awalnya, saya hanya bicara, berdiskusi soal kemiskinan, adanya penindasan, serta ketidak adilan," tutur Rieke.

Merasa ada yang aneh, Rieke kemudian sadar diri. Dalam hatinya, ia menyatakan tidak sepakat dengan diskusi yang berubah, seakan doktrin kepada dirinya untuk mau bergabung membentuk negara baru.

"Diskusi dengan mereka itu terjadi di sekitar Buncit, Mampang, Jakarta Selatan. Hampir saja saya dibaiat. Beruntung, saya buru-buru menarik diri karena saya tak sepakat dengan ide mereka yang saya yakini mungkin bagian dari NII," katanya lagi.

Rieke menganggap, itu adalah bagian kisah lamanya yang kelam. Namun, dari situ ia memetik hikmah bahwa siapa saja, ketika mereka resah dan tak lagi mempercayai pemerintahan yang ada, maka keinginan untuk memberontak pasti ada.

"Yang saya pertanyakan, kelompok ini dari dulu sudah ada. Kenapa dulu dan sampai sekarang seakan dibiarkan? Kenapa sekarang muncul lagi pada saat ribuan buruh mau turun ke jalan menuntut hak jaminan sosial dan banyaknya kasus-kasus yang terjadi saat ini," tanya Rieke.

Tak perlu NII, siapa pun warga negara, lanjut Rieke, kalau menyangkut masalah kesejahteraan, tak perlu didoktrin, pasti akan berbuat sama.

"Kalau merasa tidak sejahtera, tidak usah didoktrin, tidak usah menunggu NII, nanti juga pada kabur. Karena, rakyat sebenarnya butuh kesejahteraan. Kalau kesejahteraan sudah tercapai, saya yakin radikalisme bakal terkikis."

"Teroris, NII, atau isu radikalisme lainnya, bukanlah isu berdiri sendiri. Isu NII atau radikalisme ada karena pemerintah sudah tak dianggap berpihak kepada rakyatnya lagi," katanya. (Rahmat Hidayat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ombudsman Ungkap Persoalan PPDB di 10 Provinsi, Antara Lain Manipulasi Sertifikat

    Ombudsman Ungkap Persoalan PPDB di 10 Provinsi, Antara Lain Manipulasi Sertifikat

    Nasional
    Zuhairi Misrawi Masuk Kepengurusan DPP PDI-P, Hasto: Non-aktif karena Jabat Dubes

    Zuhairi Misrawi Masuk Kepengurusan DPP PDI-P, Hasto: Non-aktif karena Jabat Dubes

    Nasional
    Hasto Ungkap Heru Budi Kerap Dialog dengan Megawati Bahas Jakarta

    Hasto Ungkap Heru Budi Kerap Dialog dengan Megawati Bahas Jakarta

    Nasional
    Paus Fransiskus Akan Hadiri Pertemuan Tokoh Lintas Agama di Masjid Istiqlal pada 5 September 2024

    Paus Fransiskus Akan Hadiri Pertemuan Tokoh Lintas Agama di Masjid Istiqlal pada 5 September 2024

    Nasional
    Pengacara SYL Sebut Pejabat Kementan Harusnya Jadi Tersangka Penyuap

    Pengacara SYL Sebut Pejabat Kementan Harusnya Jadi Tersangka Penyuap

    Nasional
    22 Perwira Tinggi TNI Naik Pangkat, Panglima Ingatkan soal Tanggung Jawab

    22 Perwira Tinggi TNI Naik Pangkat, Panglima Ingatkan soal Tanggung Jawab

    Nasional
    Bareskrim Periksa Pihak ESDM Terkait Dugaan Korupsi Proyek PJUTS Tahun 2020

    Bareskrim Periksa Pihak ESDM Terkait Dugaan Korupsi Proyek PJUTS Tahun 2020

    Nasional
    SYL Tuding Pejabat Kementan Fasilitasi Keluarganya agar Naik Jabatan

    SYL Tuding Pejabat Kementan Fasilitasi Keluarganya agar Naik Jabatan

    Nasional
    Hasto PDI-P Jelaskan Kenapa Puan Sebut Kaesang Dipertimbangkan untuk Pilkada Jateng

    Hasto PDI-P Jelaskan Kenapa Puan Sebut Kaesang Dipertimbangkan untuk Pilkada Jateng

    Nasional
    Bareskrim Ungkap Alasan Geledah Kementerian ESDM, Ada Saksi Tak Serahkan Bukti

    Bareskrim Ungkap Alasan Geledah Kementerian ESDM, Ada Saksi Tak Serahkan Bukti

    Nasional
    PDI-P Akui Terus Lakukan Komunikasi dengan PKB dan PKS Terkait Pilkada Jakarta

    PDI-P Akui Terus Lakukan Komunikasi dengan PKB dan PKS Terkait Pilkada Jakarta

    Nasional
    Ucapkan Terima Kasih ke Media Massa, Megawati: Selalu Meriah Ya...

    Ucapkan Terima Kasih ke Media Massa, Megawati: Selalu Meriah Ya...

    Nasional
    Baca Pledoi, SYL: Saya Bukan Penjahat apalagi Pemeras, tapi Pejuang

    Baca Pledoi, SYL: Saya Bukan Penjahat apalagi Pemeras, tapi Pejuang

    Nasional
    PDI-P Punya Ketua Bappilu Eksekutif dan Legislatif, Hasto: Bukan Pemisahan

    PDI-P Punya Ketua Bappilu Eksekutif dan Legislatif, Hasto: Bukan Pemisahan

    Nasional
    Ketika Megawati Menduga Bakal Jadi Target KPK Usai Pemeriksaan Hasto...

    Ketika Megawati Menduga Bakal Jadi Target KPK Usai Pemeriksaan Hasto...

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com