Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thee Kian Wie dan Kecintaan pada Ilmu

Kompas.com - 27/06/2008, 10:32 WIB

Dari Redaksi:

Menyambut Ulang Tahun ke-43 Harian Kompas, harian ini memberikan penghargaan kepada lima cendekiawan berdedikasi. Kelima cendekiawan itu adalah Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga Soetandyo Wignyosoebroto, Guru Besar Emeritus Sosiologi Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Satjipto Rahardjo, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Sayogyo, Anggota Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung MT Zen, dan Staf Ahli Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Thee Kian Wie. Kompas menulis pandangan kelima cendekiawan itu mengenai persoalan bangsa. Karena keterbatasan ruang di Harian Kompas cetak, kami sajikan wawancara lengkap kelima pakar itu di Kompas.com.

***

Oleh Wartawan Kompas, Nur Hidayati 

Sudah 49 tahun Thee Kian Wie menjadi peneliti dan pengajar dengan bidang keahlian utama pada sejarah ekonomi dan perkembangan industri. Pensiun sebagai pegawai negeri sipil di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2000 silam, tak menghentikan minatnya berkarya.
 

Thee (73 tahun) masih aktif sebagai staf ahli Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, peneliti tamu di berbagai institusi, antara lain Australian National University dan Asian Development Bank. Ia juga pun tetap sibuk menulis dan mengedit beragam buku dan jurnal ilmiah. "Saya sangat menikmati pekerjaan saya," ujar Thee.

Kesabaran dan wajah yang cerah saat membimbing peneliti muda atau mahasiswa, ia menyebut kegiatan ini dengan istilah 'bertukar pikiran', mencerminkan kecintaan Thee pada profesi keilmuan itu.

Sikap Thee yang rendah hati membuat jarak antargenerasi tak terasakan saat berbincang dengan peraih Doctor Honoris Causa dari Australian National University ini. "Bergaul dengan orang-orang tua itu membosankan, yang dibicarakan hanya penyakit, sedangkan orang muda masih bicara tentang masa depan," ujarnya.
 
Tentang kerendahan hati ekonom senior itu, Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia M Chatib Basri bertutur, Thee kerap mengaku lemah dalam penguasaan model kuantitatif untuk analisa ekonomi. Meski begitu, ia bisa memperkirakan dengan tepat hasil analisa kuantitatif yang dengan susah payah diolah para ekonom muda. "Kami sibuk dengan perhitungan matematis yang rumit untuk sampai ke analisa itu, sementara Pak Thee begitu saja memperkirakan hasilnya. Sense-nya luar biasa karena jam terbang yang sangat panjang," ujar Chatib.
 
Kajian langka
 
Sebagai peneliti, Thee jatuh hati pada sejarah ekonomi. Topik disertasi doktoral Thee di University of Wisconsin, AS, tergolong kajian langka di Asia Tenggara. "Kita mempelajari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi pada suatu masyarakat di masa lalu, sekaligus memahami apa yang terjadi pada kelompok-kelompok penduduk di dalamnya melalui sejarah ekonomi. Pengetahuan itu sangat berguna untuk memahami apa yang terjadi pada perekonomian masyarakat itu sekarang," ujarnya.
 
Thee juga membuktikan perhatiannya pada persoalan masyarakat dengan beragam penelitian terkait tema perkembangan industri, penanaman modal di sektor industri, dan perkembangan teknologi. "Penguasaan teknologi sangat penting untuk mencapai daya saing berkelanjutan. Kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan buruh murah, sumber daya alam yang sekarang makin berkurang, atau hanya bermain-main dengan kurs devisa," ungkapnya.
 
Ia menyayangkan, tren penurunan daya saing industri di Indonesia yang berawal pada 1994, sampai saat ini masih berlanjut. Hal itu dikarenakan ketimpangan struktur industri yang gagal diatasi Orde Baru, hingga kini belum diperbaiki.
 
Fragmentasi produk terjadi karena industri pendukung yang sangat lemah. Kelemahan ini membuat Indonesia terlepas dari jaringan produksi regional yang antara lain bercirikan kemampuan ekspor suku cadang. Padahal, industri pendukung merupakan lahan harapan bagi pengembangan industri berskala UKM.
 
Thee mengakui, beragam upaya dan program bantuan diberikan pemerintah untuk membangun UKM dan industri pendukung. Namun, ia berpendapat, pengambil kebijakan lebih sering memandang UKM didasari pertimbangan "menolong", karena UKM dianggap lemah.
 
Akibatnya, upaya yang dilakukan tidak terfokus pengembangan UKM berdaya saing tinggi dalam jaringan produksi yang efisien. Sekadar memberikan kredit misalnya, tanpa supervisi ketat serta pembinaan produksi dan pemasaran yang terintegrasi, hanyalah mengulang kesalahan masa lalu. "Indonesia menghadapi banyak masalah, tapi yang paling utama adalah kemiskinan. Dalam jangka panjang solusi bagi pengentasan kemiskinan hanyalah penciptaan lapangan kerja" ujarnya. Penciptaan lapangan kerja mensyaratkan pertumbuhan investasi, khususnya di sektor manufaktur.
 
Gamang
 
Ironisnya, Thee menilai, justru terdapat kegamangan dalam menarik dan mengelola modal asing di Indonesia. "Sikap anti-asing itu mungkin cerminan dari kecurigaan kita pada diri sendiri, bahwa di negeri ini semua gampang disogok. Padahal, di China dan Singapura yang lebih pandai memanfaatkan modal asing misalnya, tidak lantas pemerintahnya bisa dikendalikan pemodal asing," ungkapnya.
 
Kepercayaan diri merupakan aset berharga. Akan tetapi, Thee justru menemukan, saat ini pesimisme berkembang kian luas di masyarakat. "Pesimisme bisa terjadi di banyak negara, tetapi di Indonesia terjadi sangat intens, sehingga menimbulkan frustrasi. Itu karena pada masyarakat ini banyak yang merasa Indonesia begitu kaya sehingga seharusnya menjadi bangsa besar dan terhormat, tetapi kenyataannya tidak begitu," ujarnya.
 
Terkait dengan penanaman modal di sektor industri, bentuk lain dari ketidakpercayaan itu adalah amat terbatasnya insentif dan perlakuan preferensial. "Perlakuan preferensial diperlukan jika diberikan demi kepentingan nasional, bukan kepentingan segelintir orang. Misalnya seorang investor mendapat pembebasan pajak, tetapi dalam waktu sekian tahun ia harus menyerap sekian pekerja, mengalihkan teknologi, dan seterusnya. Jika tak tercapai, langsung dicabut," ujar Thee.
 
Sebagai ilmuwan, Thee berusaha selalu dekat dengan persoalan riil masyarakat. Ia tak putus mencurahkan perhatian dan karya yang ia harapkan bermanfaat. Pesimisme, apalagi frustrasi tak pernah hinggap pada dirinya, meski berpuluh tahun menjadi pegawai negeri dengan gaji pas-pasan. Juga tanpa rangkap jabatan bergengsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com