Salin Artikel

Ketimbang Gandeng Ganjar, Prabowo Dinilai Lebih Realistis Duet dengan Cak Imin di Pilpres, tapi...

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan politisi PDI Perjuangan Ganjar Pranowo pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 dinilai sulit diwujudkan.

Ketimbang Ganjar, lebih realistis buat Prabowo berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Apalagi, kedua partai telah meresmikan koalisi.

"Secara dukungan politik, realistis (berpasangan) dengan Muhaimin," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno kepada Kompas.com, Selasa (14/3/2023).

Adi mengatakan, koalisi Gerindra dan PKB sedianya cukup memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen.

Pada Pemilu 2019 lalu, perolehan suara Gerindra sebesar 12,57 persen, sedangkan PKB sebanyak 9,69 persen.

Namun demikian, kata Adi, duet dengan Muhaimin bakal menjadi dilema tersendiri buat Prabowo. Pasalnya, elektabilitas Cak Imin, begitu sapaan akrab Muhaimin, masih terbilang pas-pasan.

“Meski realistis, tapi dilema bagi Prabowo karena elektabilitas Cak Imin tak muncul signifikan,” ujarnya.

Elektabilitas Ganjar tembus 30 persen, melampaui tingkat elektoral Prabowo dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Selain itu, Ganjar juga bernaung di bawah bendera besar PDI-P, partai yang menjuarai pemilu dua kali berturut-turut. Pada Pemilu 2019 lalu, PDI-P bahkan meraup 19,33 persen suara.

Jika Prabowo berduet dengan Ganjar, Adi yakin, keduanya bakal saling melengkapi. Ganjar mampu menutupi kelemahan suara Prabowo di sejumlah daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Sebaliknya, Prabowo yang unggul di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, mampu menutupi kekurangan Ganjar.

“Kalau dalam simulasi survei, Prabowo sama Ganjar ini nggak ada lawannya. Karena Prabowo punya pemilih politik yang berbeda dengan Ganjar Pranowo, di mana basis-basis yang selama ini Prabowo lemah bisa ditutupi oleh Ganjar Pranowo,” kata Adi.

Namun demikian, duet Prabowo-Ganjar dinilai mustahil. Sebagai partai pemenang pemilu, PDI-P diyakini enggan menempatkan kadernya “hanya” di posisi calon RI-2.

Sementara, Gerindra sejak lama telah mengumumkan rencana pencapresan sang ketua umum. Buat Gerindra, Prabowo adalah capres harga mati.

Oleh karenanya, meski duet Prabowo-Ganjar dinilai menjanjikan, Adi menyebut, lebih masuk akal buat Prabowo menggandeng Muhaimin pada pilpres mendatang.

“Nggak mungkin membangun koalisi antara PDI-P dan Gerindra kalau dua-duanya sama-sama ngotot sebagai capres,” tutur dia.

Sebelumnya, wacana duet Prabowo-Ganjar dimunculkan oleh elite Gerindra. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan, partainya berpeluang mendukung Ganjar pada Pilpres 2024.

Asalkan, kata dia, dalam kontestasi itu Ganjar dipasangkan dengan Prabowo Subianto, sebagai calon wakil presiden.

"Ya saya kira terbuka kalau Pak Ganjar mau ikut dengan Pak Prabowo, dengan catatan Pak Prabowo calon presiden," kata Hashim saat ditemui di Gedung Joang' 45, Jakarta, Minggu (12/3/2023).

Menurut Hashim, sudah selayaknya Prabowo menempati kursi capres dan Ganjar di posisi cawapres. Sebab, menurutnya, Prabowo lebih berpengalaman dari Ganjar.

"Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua pengalamannya berbeda kan," imbuh dia.

Kendati demikian, Hashim menegaskan bahwa keputusan soal siapa yang akan mendampingi Prabowo akan diputuskan Gerindra dengan PKB. Sebab, kedua partai telah berkoalisi.

https://nasional.kompas.com/read/2023/03/15/14030021/ketimbang-gandeng-ganjar-prabowo-dinilai-lebih-realistis-duet-dengan-cak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke