Salin Artikel

Memaknai Corona ala Madura

WALAU pandemi Corona telah menyebar dengan masif di semua belahan dunia, mulai dari Wuhan, China hingga Budapest di Hongaria, mulai dari Sabang hingga Merauke, ternyata Corona tidak hinggap di Pulau Madura, Jawa Timur.

Corona memang “tidak ada” di Madura karena masyarakat di pulau tersebut menyebut Corona dengan nama lain: “penyakit zaman sekarang”.

Walau terkesan “berdamai” dengan Corona, inilah cara warga Madura memaknai penyakit zaman sekarang yang bernama Covid-19.

Masih dari cerita yang viral soal “penyakit zaman sekarang” ini, warga juga tidak lagi mengumumkan berita kematian warga karena Covid. Sekali lagi, inilah cara kekhasan Madura menghadapi pandemi Covid.

Tentu ada yang masih ingat ketika mendiang Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah berkisah soal jawaban warga Madura ketika ditanya siapa presiden Indonesia sekarang?

Warga Madura selalu menjawab Sukarno, padahal ketika itu Soeharto masih kuat-kuatnya memegang kekuasaan selama puluhah tahun.

“Presidennya masih Sukarno, kalau Soeharto itu pelanjutnya tak’iye,” ucap warga Madura menjawab pertanyaan Gus Dur.

Data Satgas Covid-19 Jawa Timur hingga akhir Juni 2021 menunjukkan, Kabupaten Bangkalan di Madura menjadi wilayah dengan kasus aktif Covid terbanyak di Jawa Timur.

Antara tanggal 6 hingga 20 Juni 2021, ada penambahan 1.104 kasus, dengan angka kematian mencapai 107 jiwa sementara yang sembuh hanya 163 orang (Detik.com, 21 Juni 2021).

Jawa Timur selalu masuk dalam 3 besar provinsi penyumbang angka kasus harian tertinggi. Demikian juga halnya dalam angka kematian harian, Jawa Timur selalu masuk dalam 4 besar.

Survei yang pernah digelar SMRC periode 28 Februari – 8 Maret 2021 menyebutkan, Jawa Timur menjadi provinsi kedua terbesar setelah Jakarta yang warganya menolak untuk divaksinasi.

Jika ditilik dari segi etnisitas, warga Madura menjadi suku terbesar yang menolak mengikuti program vaksinasi diikuti suku Minang.

Jika preferensi agama yang digunakan, Islam menjadi penolak terbesar, dan jika acuan gender yang dipakai maka pria lebih mendominasi penolakan vaksin ketimbang perempuan (Tempo.co, 31 Juli 2021).

Berkhidmat dari Program KB ala Soeharto

Meski angka penolakan di Madura dan Jawa Timur pada umumnya tinggi, namun program vaksinasi adalah keniscayaan menghadapi pandemi ini. Tidak bisa tidak, mau tidak mau, program ini harus berhasil tanpa hambatan untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. Presiden Jokowi telah mencanangkan, vaksinasi harus menjangkau 208.265.720 jiwa.

Program Keluarga Berencana (KB) dengan jargonnya yang terkenal “dua anak cukup, laki perempuan sama saja seharusnya menjadi “kredo” bagi perencanaan program vaksinasi di tanah air, tidak saja di Madura dan Jawa Timur.

Harus diakui, pelaksanaan program vaksinasi tidak memiliki kematangan dalam perencanaan pendekatan komunikasi berbasis budaya.

Ada 3 tiang utama yang harus “digugu” dan “ditiru” dalam hal pendekatan komunikasi berbasis budaya bagi warga Madura.

Warga Madura tidak saja menghuni Pulau Madura, tetapi tersebar di semua simpul daerah di pantai utara Jawa mulai dari Banyuwangi, Jember, Lumajang, Situbondo, Probolinggo, Bondowoso, Lamongan, Tuban, hingga Gresik.

Belum lagi warga Madura yang menetap di daerah-daerah lain seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi.

Pentingnya pemahaman komunikasi antar budaya diuraikan Stewart L. Tubis sebagai komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya.

Pernyataan ini beranggapan bahwa perbedaan cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Rich (1974) menyimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi ketika orang-orang yang berbeda kebudayaan dipertemukan.

Sehingga, dapat ditarik kesimpulan, bahwa komunikasi antar budaya ini merupakan komunikasi yang terjadi ketika kedua orang atau lebih sedang melakukan proses berkomunikasi, untuk mencapai pemahaman, maupun pengertian yang terjadi di antara khalayak yang berbeda kebudayaan.

Oleh karena itu, kegiatan inilah yang membawa keselarasan dalam berkomunikasi.

Kita sering melalaikan perbedaan dan keragaman budaya dalam komunikasi. Komunikasi birokrasi yang kerap dibangun aparat pemerintah bersifat top down, instruksional dan terpola baku.

Padahal, di setiap daerah termasuk di Madura dan Jawa Timur pada umumnya memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Butuh pendekatan yang berbeda dengan di daerah lain.

Trio panutan bagi warga Madura

Ada tiga panutan yang akan diikuti dan dipercaya omongan dan nasihatnya oleh warga Madura. Pertama, pertama kyai atau ulama atau tokoh masyarakat. Kedua, orang tua. Ketiga, paling buncit, adalah pemerintah.

Kampanye Program KB di masa Soeharto sukses di Jawa Timur dan Madura karena berhasil “menangkap” opinion-opinion leader seperti kyai, ulama dan tokoh masyarakat sehingga memudahkan rezim Soeharto menggencarkan program KB.

Dogma “banyak anak banyak rezeki” serta “anak berapa pun yang diberi adalah rezeki dan karunia dari Tuhan” berhasil diubah menjadi pemahaman keluarga bahagia dengan dua anak.

Keluarga ideal adalah catur warga, keluarga kecil dengan ayah, ibu dan dua anak terus dicekokkan dalam benak masyarakat.

Jika kyai sebuah pesantren besar bertitah "Sami'na Wa Atho'na” maka warga pondok termasuk keluarga yang mondok serta warga sekitar akan manut kepada kyai.

Efek komunikasi yang disampaikan opinion leader seperti ini jauh lebih berdampak luas ketimbang imbauan juru bicara Satgas Covid yang cantik rupawan sekalipun.

Jika pengaruh seorang kyai bisa “ditangkap” ibaratnya buy 1 get 3 atau bisa bekerjasama dengan seorang kyai maka akan didapat 3 manfaat sekaligus. Yakni: santri, keluarga santri serta lingkungan keluarga santri yang terpengaruh oleh pesan-pesan kemanfaatan vaksin.

Kekurangberhasilan program vaksinasi juga menjadi indikasi lemahnya sinergi antara berbagai kementerian seperti kementerian agama, kementerian komunikasi dan informasi serta kementerian kesehatan.

Padahal, untuk menyukseskan program vaksinasi di masyarakat Madura dan Jawa Timur, tidak perlu seperti cara politisi yang rajin memasang baliho raksasa tetapi cukup mengambil “hati” para ulama dan tokoh masyarakat.

Jaringan pondok pesantren besar di Jawa Timur kurang mendapat pendekatan komunikasi berbasis budaya dari aparat pemerintah. Cukup mudah sebetulnya untuk merangkul para tokoh agama. Jaringan pondok pesantren besar di Jawa Timur sangat bisa dipetakan:

  • Banyuwangi (Al Anwari, Rahmatullah, Darussalam dan Al Azhar)
  • Situbondo (Salafiyah Sya’fiyah Sukorejo, Walisongo, Nurul Huda, dan Jami’yah Tahfidz Quran)
  • Lumajang (Khomsani Nur, Miftahul Midad, Kyai Sarifudin, Al Fauzan Labruk Lor, dan Darun Najah)
  • Jember (Assuniiyah Diponegoro, Bustanul Ulum Mlokorejo, Nurul Islam Tawangmangu, Al-Wafa Tempurejo, Baitul Arqom Balung dan Ibu Kasir)
  • Bondowoso (Al Islah Grujugan, Darul Istiqomah Maesan, Manbaul Ulum Wonosari, Al Irsyad, Darul Falah dan Nurut Taqwa Cermee)
  • Lamongan (Al Hikam, Al Mizan, Sunan Drajat, Al Islah, dan Al Fatimiyah)
  • Gresik (Al Furqon, Maskumambang, Elkadi, Darul Atsar, Mambaus Sholihin Suci, Darut Taqwa, dan Qomaruddin Bungah)
  • Madura (Darul Ulum Banyuanyar, Al Amien Prenduan, As Shomadiyah Bangkalan, dan An Nuqayyah Guluk-Guluk)
  • Pasuruan (Sidogiri)

Dalam sejarah kepartaian di era Soeharto, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) begitu sulit ditaklukkan pemerintah Orde Baru di Jawa Timur karena ada seorang kyai khost yang tidak bisa “dikuningisasi” oleh Golkar.

Mendiang KH Alawy Muhammad sangat sentral pengaruhnya bagi warga Madura. Begitu pengasuh Pondok Pesantren Attaroqi, Karongan, Sampang ini berujar coblos hijau maka ribuan orang Madura di mana pun berada akan pilih PPP.

Aksi nekat penerobosan penyekatan aparat keamanan di Jembatan Suramadu bagi warga Madura yang akan berpergian ke arah Surabaya ketika pandemi gelombang dua menyeruak (Kompas.com, 18/06/2021) menjadi bukti kurang berhasilnya program sosialisasi mengenai bahaya penularan Covid.

Kegagalan komunikasi

Bagi kalangan muda Madura, terpaan informasi sesat dari media sosial juga sangat besar mempengaruhi preferensi untuk tidak mengikuti program vaksinasi.

Bagi kalangan milenial Madura, sharing informasi tanpa saring dari konten media sosial ikut mempengaruhi pola pandang kalangan tua terhadap Covid dan vaksinasi.

Kegagalan Kementerian Komunikasi dan Informasi adalah membangun narasi-narasi berbasis local wisdom dan tidak melibatkan akademisi dari Madura atau yang mengerti tentang Madura.

Ketika masyarakat kesulitan mencari obat dan vitamin yang bisa meningkatkan imun tubuh, kampanye pemerintah tentang pemanfaatan minuman rempah atau jamu tradisional hampir tidak ada.

Padahal dari warisan peninggalan Madura dikenal jamu Sondhep dan Salekarang yang bisa meningkatkan stamina tubuh.

Kedua jamu yang berisikan jahe, kencur, bawang, temulawak, meniran, kunyit, pare, dan kedawung memiliki khasiat antiseptik, mencegah infeksi virus, menurunkan kadar gula dan manfaat kesehatan lain berdasar uji laboratorium (Kompas.com, 9 Juli 2021).

Melestarikan tradisi minum jamu Sondep dan Salekarang selain mengangkat kearifan lokal juga menautkan antara kesehatan dengan aspek budaya. Ini kurang tergarap dari Madura dan Jawa Timur serta daerah-darerah lain.

Pelibatan akademisi sosial seperti sosiolog, antropolog, ahli hukum adat, komunikasi, psikologi perlu melengkapi Satgas Covid agar pola pandang kesehatan dan epidemologi menjadi sinkron.

Kesuksesan program vaksinasi adalah tugas kita bersama. Pemahaman tentang komunikasi budaya harus dijadikan titik tolak pelaksanaan program vaksinasi yang memiliki resistensi yang tinggi.

Data Badan Pusat Statistik Jawa Timur 2021 menyebutkan, jumlah penduduk mencapai 40,67 juta jiwa pada 2020 atau mencakup hampir 15 persen populasi penduduk Indonesia.

Jika Jawa Timur berhasil “dikuasai” dalam pemahaman pentingnya program vaksinasi, ibaratnya penyerangan yang dilakukan tentara Amerika Serikat ke jatung pertahanan Jepang sudah menapak di Iwojima.

Belajar dari pengalaman Jenderal Mac Arthur di Perang Dunia II, strategi lompat katak untuk mengelabui strategi militer Jepang dengan memperhitungkan aspek geografis ternyata berperan penting dalam kemenangan tentara Amerika Serikat di palagan perang dunia.

Jika angka-angka kasus positif dan kematian karena Covid Jawa Timur berhasil melandai dan turun hingga minimal maka kita semakin optimistis mengalahkan Covid di tanah air.

Menghadapi perang melawan virus Covid yang cerdik, penakluk tidak boleh kalah cerdik. Kita menghadapi perang yang jauh lebih dahsyat dari sejarah peperangan di usia peradaban manusia.

https://nasional.kompas.com/read/2021/08/06/10054491/memaknai-corona-ala-madura

Terkini Lainnya

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke