Salin Artikel

Kubu Kontra-AHY: KLB Kembalikan Demokrat ke Kebebasan Demokrasi

Melainkan, menurut dia, KLB diselenggarakan dengan tujuan mengembalikan Demokrat ke marwah asalnya yaitu kebebasan berdemokrasi bagi setiap kader partai.

"Persoalan mendasar adalah mengembalikan Demokrat ke asalnya yaitu kebebasan berdemokrasi, memperjuangkan Demokrat demi memperjuangkan tumbuhnya Demokrasi yang betul-betul kita inginkan di Indonesia," kata Rahmat dalam konferensi pers Partai Demokrat kubu Moeldoko, Selasa (9/3/2021).

Rahmat menilai, selama ini kebebasan berdemokrasi justru tidak ditemukan dalam Partai Demokrat.

Hal ini dinilainya berkebalikan dengan cita-cita para pendiri Partai Demokrat yang ingin menjunjung tinggi kebebasan berpendapat.

"Cita-cita para pendiri Partai Demokrat dulu adalah bagaimana demokrasi di Indonesia ini bisa tumbuh dengan demokrasi yang terbuka dan transparan. Dan itu sekarang tidak kita temukan di dalam Partai Demokrat," jelasnya.

Oleh karena itu, dirinya menganggap hal tersebut menjadi dasar utama, beberapa tokoh senior Demokrat mendirikan KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ia membeberkan bagaimana awal mula KLB ini dapat terselenggara. Awalnya, kata dia, para kader Demokrat di daerah menginginkan digelarnya KLB.

Hal ini didasari karena keluh kesah kader di daerah yang mempertanyakan sejumlah kejanggalan dalam tubuh Partai Demokrat.

"Setoran dalam Pilkada, kader-kader Demokrat yang berdarah-darah di daerah itu tidak bisa menjadi calon kepala daerah DPRD Provinsi Kabupaten/Kota karena maharnya kalah nilainya dengan calon kepala daerah lain," tuturnya.

Selain itu, ia juga menyebutkan kejanggalan yang ada pada saat pemilihan ketua umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dalam Kongres V Partai Demokrat 2020.

Menurutnya, kala itu suara majelis tinggi lebih diperhatikan daripada suara mayoritas yang dimiliki oleh Ketua DPD dan DPC.

"Majelis Tinggi hanya memiliki sembilan suara, sementara DPD memiliki 64 suara, DPC memiliki 514 suara, tetapi suara DPD dan DPC yang mayoritas itu harus tunduk kepada majelis tinggi yang hanya memiliki sembilan suara," jelas dia.

"Ini tentu sangat menciderai pembangunan demokrasi di Indonesia, inilah contoh oligarki politik memasuk kebebasan ekspresi dari teman-teman DPC dan DPD. Dan inilah yang menjadi rintihan teman-teman di daerah kader-kader Demokrat di seluruh Indonesia," sambung Rahmat.

Rahmat juga mengatakan, para kader telah sepakat mengatakan kejanggalan-kejanggalan itu berlawanan dengan marwah Partai Demokrat yang seharusnya berlaku demokratis.

Atas dasar itu, ia menilai ada kesewenang-wenangan yang terjadi dalam Partai Demokrat kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Katanya demokratis, tapi prakteknya adalah keluargais, dan otoritarian," ungkap Rahmat.

Atas berbagai alasan tersebut, akhirnya sejumlah kader sepakat menggelar KLB. Para kader, kata Rahmat, kemudian meminta ada motor penggerak yang dipelopori oleh tokoh-tokoh senior Demokrat.

"Tentu mereka tidak berani satu-satu, dan harus ada motor penggerak yang dipelopori oleh Bang Darmizal, Bang Jhoni Allen, dan rekan-rekan senior yang lain, sehingga lahirlah KLB di Deli Serdang," paparnya.

Diberitakan sebelumnya, kubu kontra AHY melaksanakan KLB di Deli Serdang, Sumut pada Jumat (5/3/2021) dan melahirkan Ketua Umum Partai Demokrat versi mereka yaitu Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

https://nasional.kompas.com/read/2021/03/09/18450511/kubu-kontra-ahy-klb-kembalikan-demokrat-ke-kebebasan-demokrasi

Terkini Lainnya

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke