Salin Artikel

Peristiwa 911 dan Ancaman Teror di Indonesia

BELAKANGAN ini beredar berita tentang sejumlah pangkalan Angkatan Udara yang akan dialihfungsikan menjadi bandara sipil.  Perkembangan ini sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Begitulah trend pengelolaan penerbangan sipil komersial.

Perkembangan atau pertumbuhan transportasi udara sejak 10-15 tahun terakhir tidak pernah berada dalam sebuah format perencanaan strategis yang mengantisipasi laju kenaikannya tahun demi tahun.  

Yang terjadi adalah “hanyut” dalam menikmati pertumbuhan penumpang dan barang yang berarti naiknya pendapatan secara finansial pada satu sektor pendapatan saja.  

Gejala kenaikan sebenarnya sangat mudah terlihat dan tidak terjadi tiba-tiba. Sayangnya, kenaikan itu hanya disikapi dengan, harusnya kita bersukur bahwa naiknya jumlah penumpang setiap tahun yang menyebabkan airport penuh sesak adalah sebagai kesuksesan dari pertumbuhan ekonomi”. 

Maka bersyukurlah kita semua.

Padahal, indikator kenaikan penumpang secara gradual seharusnya dibaca sebagai peluang untuk mengembangkan sistem transportasi udara yang lebih baik.

Artinya, indikator itu seharusnya dijadikan momentum untuk mengembangkan infrastruktur dan sumer data manusia yang pada saatnya kelak akan mendatangkan keuntungan yang lebih baik.

Kuncinya adalah, sekali lagi, perencanaan strategis termasuk di dalamnya menyangkut soal mengantisipasi peluang yang berkembang.

Dengan sedih hati, karena tidak pernah dilakukan, maka yang terjadi adalah penanggulangan yang kelihatan tambal sulam dan terkesan “tabrak sana-sini”.

Itulah yang terjadi saat penerbangan sipil di Halim Perdanakusuma pindah ke Soekarno-Hatta lalu pindah lagi ke Halim, kemudian merambah ke mana lagi yang panting dapat ruang udara. Tujuannya hanya satu, mengejar keuntungan finansial belaka.

Sebuah tindakan yang “kurang-sabar”.  Sebuah jurus potong kompas yang seolah selalu menjadi panduan kerja yang diunggulkan.

Pelajaran dari PTDI

Pelajaran berharga sebenarnya mudah sekali dipetik dari proses pengembangan PTDI yang tadinya IPTN di Pangkalan Udara Husein Sastranegara Bandung.

Untuk diketahui bersama, Pangkalan Udara Husein Sastranegara dulu bernama Andir. Bengkel pemeliharaan pesawat terbang di Andir adalah yang terbesar di  Asia Tenggara jauh sebelum Indonesia Merdeka.

Pengeliling dunia terkenal Amelia Earhart dalam lintasan terbangnya keliling dunia, pada rute menembus kawasan pasifik melakukan “maintenance stop over” di lapangan Andir.

Nurtanio dan kawan-kawan mengembangkan tempat pemeliharaan pesawat menjadi tempat perakitan pesawat. Secara visioner sasarannya adalah menjadi produsen pesawat terbang latih taktis.

Perkembangan untuk mencapai tujuan itu memang butuh waktu panjang. Tak bisa main sulap. Dana harus dicari sendiri. Tak ada dukungan.

Puncaknya adalah sat momen pengembangan pesawat terbang canggih N-250.  Beberapa lahan penting  di pangkalan udara  termasuk perkantoran Pusat Dinas Psikologi Angkatan Udara harus dibongkar demi “lancar”nya proyek N-250 tersebut.  

Sebuah keputusan yang diikuti dengan tindakan terburu-buru dari pola pengelolaan “potong kompas” untuk kejar sasaran.  

Sayang seribu sayang, semua yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan pertimbangan kepentingan nasional yang menyeluruh ujungnya adalah kegagalan.  

Proyek N-250 terhenti ditengah jalan. Kompleks bangunan Pangkalan Udara termasuk Kantor Pusat Psikologi AU sudah telanjur dibongkar habis. Seluruh bangunan di sana  mangkrak.

Kabarnya, Kantor Pusat Psikologi AU yang dipindah ke Halim akan kembali diungsikan entah ke mana menyusul berkembangnya penerbangan komersial sipil di sana dan proyek stasiun pusat kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Semoga ini menjadi masukan buat kita. Setiap keputusan strategis hendaknya tidak tersandera oleh kepentingan sesaat dan  kekuasaan.

Pelajaran dari 911

Pelajaran mahal dapat dipetik dari peristiwa 911 yang dramatis. Peristiwa itu terjadi di kala perang dingin usai.  Kesiapsiagaan 24 jam atau 24 hours combat readiness pangkalan-pangkalan Angkatan Udara di Amerika sudah dicabut dengan asumsi situasi sudah “aman”.  

Ternyata Sang Teroris berhasil memanfaatkan hal itu dan membuat Amerika “under attack”. Sejak saat itu semua penerbangan sipil komersial berada dalam pengawasan yang super ketat.

Pangkalan-pangkalan Angkatan Udara siaga penuh mengawasi seluruh gerakan penerbangan sipil komersial yang berpotensi mengandung ancaman terorisme.

Sementara itu, kita justru tengah mengembangkan penerbangan sipil komersial dengan mengalihfungsikan pangkalan-pangkalan Angkatan Udara menjadi bandara bagi penerbangan sipil komersial.  

Mudah-mudahan memang benar bahwa tidak ada ancaman teror sama sekali dan Pangkalan Angkatan Udara memang sudah waktunya dialihfungsikan bagi pengembangan penerbanga sipil komersial.  

Saya ingin mengakhiri uraian ini dengan kata-kata Roy T Bennett: “Respect other people's feelings. It might mean nothing to you, but it could mean everything to them.”

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/13/08435681/peristiwa-911-dan-ancaman-teror-di-indonesia

Terkini Lainnya

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Nasional
Drama Nurul Ghufron vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

Drama Nurul Ghufron vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Nasional
Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

Nasional
11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

Nasional
Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Nasional
KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

Nasional
Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Nasional
Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Nasional
Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Nasional
Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Nasional
Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

Nasional
Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke