JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris menilai Presiden Joko Widodo sukses menyolidkan konsolidasi internal maupun eksternal dalam dua tahun pemerintahannya.
Konsolidasi eksternal yang dimaksud yakni dengan mendapatkan dukungan dari mayoritas Partai Politik di DPR demi terjaganya stabilitas politik.
Adapun konsolidasi internal adalah di Kabinet Kerja, untuk mencapai kerja yang lebih efektif.
"Konsolidasi berjalan dengan sangat baik," kata Haris dalam launching buku dan diskusi dua tahun pemerintahan Jokowi-JK di Gedung Setneg, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (21/10/2016).
Haris menjelaskan, awalnya pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla mendapatkan dukungan yang minim di parlemen.
Namun satu per satu parpol oposisi yakni Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional dan Partai Golkar merapat ke pemerintah.
"Ini tentu punya dampak positif dan negatif. Basis koalisi lebih luas, gangguan politik makin minim. Tapi potensi munculnya politik transaksional tetap ada," ucap Haris.
Sementara, di internal kabinet, lanjut Haris, awalnya kerap terjadi kegaduhan dan perselisihan antarmenteri.
Namun perlahan-lahan Jokowi juga berhasil mengonsolidasikan kekuatan internalnya dengan merombak atau reshuffle kabinet.
Dari dua kali reshuffle, Haris menilai para menteri yang kerap membuat kegaduhan lah yang dicopot oleh Presiden.
"Pembentukan kabinet yang betul-betul fokus, yang minim gonjang ganjing minim kegaduhan jadi obsesi Jokowi," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.