JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia dalam beberapa hari terakhir dihebohkan dengan berita soal padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Ada yang percaya bahwa Taat Pribadi bisa menggandakan uang. Ada juga yang tidak percaya dan menilai Taat Pribadi melakukan penipuan.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Sodik Mudjahid menyebutkan, setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan pelajaran oleh publik terkait fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Pertama, evaluasi dan pemantapan program keagamaan. Pendidikan agama yang benar, menurut dia, harus membuat perubahan di masyarakat.
Adapun perubahan yang dimaksud berkaitan dengan pemantapan akidah dan tauhid, ibadah yang tekun dan akhlak yang mulia sebagai buah dari akidah dan ibadah.
"Pendidikan agama yang benar jangan hanya formalistik tapi satu di antaranya harus mampu mencegah ketertarikan masyarakat terhadap hal-hal yang bertentangan dengan akidah dan iman," ujar Sodik melalui keterangan tertulis, Minggu (2/10/2016).
Program pendidikan masyarakat juga harus dievaluasi dan dimantapkan.
Sodik menekankan, hal yang paling penting dalam pendidikan adalah membentuk kecerdasan logika dan emosi untuk memahami berbagai fenomena aneh. Sehingga, publik bisa terbebas dari penipuan-penipuan berkedok agama dan mistis.
"Pendidikan harus membangun jiwa secara utuh karena dalam berbagai kasus termasuk dalam kasus Kanjeng Dimas melibatkan beberapa kaum intelek," ujarnya.
Program pengentasan kemiskinan juga harus kembali dievaluasi oleh pemerintah. Sebab, peristiwa Dimas Kanjeng dan kasus serupa lainnya, selalu membawa daya tarik ekonomi bagi masyarakat miskin yang hidup dalam tekanan ekonomi.
Para korban bahkan cenderung lebih tertarik pada hal tersebut ketimbang dengan program-program pengentasan kemiskinan yang dimiliki pemerintah.
Jika tiga program tersebut belum dilaksanakan sungguh-sungguh da terpadu, lanjut Sodik, maka artinya amanat Undang-Undang Dasar 1945 dalam meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejahteraan umum masih belum dijalankan.
"Yang artinya kita masih membiarkan masyarakat tetap dalam kondisi keterbelakangan yang selalu menjadi sasaran empuk berbagai penipuan berciri agama,mistis dan iming-iming uang," tutur Politisi Partai Gerindra itu.
Taat Pribadi dan pengikutnya ditangkap oleh Kepolisian Daerah Jawa Timur di padepokannya pada 22 September 2016 lalu.
Dia memiliki sebuah padepokan bernama Dimas Kanjeng yang terletak di Probolinggo, Jawa Timur.