JAKARTA, KOMPAS.com - Calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Tito Karnavian mengaku akan menjalankan reformasi internal di lingkungan Korps Bhayangkara. Menurut Tito, Reformasi yang paling mendesak adalah reformasi kultural.
"Selama 18 tahun sampai 2016 belum berjalan maksimal. Kepercayaan publik rendah dan polri jadi salah satu lembaga yang tak dipercaya publik. Ini yang jadi prioritas kami ke depan," kata Tito saat uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
(Baca: Penjelasan Tito soal Namanya Disebut Menangkan Jokowi dalam Rekaman "Papa Minta Saham")
Reformasi kultural di internal Polri nantinya, lanjut Tito, akan berfokus pada tiga hal utama. "Paling utama budaya koruptif, kedua budaya hedonis. Ketiga budaya konsumtif serta perilaku ketika berhadapan dengan masyarakat," ucap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ini.
Untuk membenahi budaya anggota Polri yang negatif ini, Tito mengaku akan melakukan perbaikan di sektor rekrutmen. Nantinya rekrutmen Polri hanya dilakukan untuk mengganti anggota yang pensiun.
(Baca: Tito Karnavian Mengaku Merasa Tidak Nyaman Memimpin Senior, tetapi...)
Dengan begitu, anggaran Polri yang minim tidak akan habis untuk belanja pegawai. Tito juga akan mengadakan terobosan dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah hingga swasta, misalnya untuk pengadaan rumah dinas anggota.
"Selama tidak ada konflik kepentingan, kita bisa menerima CSR dari swasta," kata dia.