JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) meminta TNI dan Polri mengutamakan pendekatan sosial dalam menangani konflik yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua. Pasalnya, penyelesaian konflik dengan menggunakan senjata dinilai berpotensi menimbulkan masalah yang lebih besar. "Meminta Polri dan TNI untuk mengedepankan jalur dialog di dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di Tolikara, Papua, sehingga tidak menimbulkan korban-korban luka tambahan setelah peristiwa penembakan sejumlah orang di Tolikara sebelum insiden intoleransi terjadi," ujar Sekretaris Fungsi Aksi dan Pelayanan GMKI Amos Simanungkalit, dalam siaran pers, Sabtu (18/7/2015).
GMKI menilai penanganan konflik dengan komunikasi lebih efektif dalam membangun pendapat yang sama. Menurut mereka, penggunaan senjata hingga melukai warga sipil justru menyulut kemarahan dari sejumlah masyarakat, seperti yang insiden pembakaran mushala yang terjadi di Tolikara, Papua, pada Jumat (17/7/2015) pagi.
GMKI juga menyayangkan kerja Badan Intelijen Negara (BIN) serta aparatur negara lainnya dalam mengantisipasi insiden tersebut. Seharusnya, instansi pemerintah daerah dapat melakukan tindakan pencegahan, paling tidak untuk menyelesaikan masalah pelarangan beribadah bagi masyarakat. Akibat kerusuhan yang terjadi di Tolikara, sejumlah kios, mobil dan sebuah tempat ibadat terbakar. Saat membubarkan amuk massa, 11 orang ditembak aparat Kepolisian dibantu TNI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.