Menurut Boni, di antara kelemahan mantan Danjen Kopassus itu adalah isu pelanggaran hak asasi manusia pada 1998. "Yang dipilih harus bersih karena dia (Prabowo) bermasalah. Jadi bisa mem-back-up kelemahan dia," kata Boni di Jakarta, Selasa (15/4/2014) sore.
Prabowo, menurut Boni, tidak boleh memilih calon yang hanya bisa mendongkrak popularitas. Sebab, ujar dia, saat ini sosok Prabowo sudah cukup populer meskipun masih kalah dengan bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo.
Dengan memilih calon yang bersih, menurut Boni, Prabowo akan dapat menutup sebagian kesalahannya pada masa lalu. "Jadi, wakil dia tidak boleh pragmatis, kalau seperti Hatta (Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa) masih susah karena dia juga bermasalah. Dia harus benar-benar bersih."
Selain itu, Boni juga menilai sosok Prabowo masih mempunyai kelemahan dalam hal elektabilitas partai. Gerindra yang diperkirakan hanya mendapatkan suara sekitar 12 persen pada pemilu legislatif berdasarkan hasil hitung cepat berbagai lembaga, menurut dia, tidak cukup kuat untuk bersaing pada pilpres.
"Prabowo butuh yang punya kekuatan partai," kata Boni. "(Sosok pendampingnya harus) bisa mendongkrak Prabowo yang menjadi pesaing terberat Jokowi."
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.