Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Parlemen di Indonesia Paling Kasar

Kompas.com - 19/04/2009, 17:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Airlangga Daniel Sparinga mengatakan parlemen di Indonesia termasuk paling kasar dalam hal attitude dibanding negara lain di dunia. Padahal selama ini yang dikenal memiliki anggota parlemen dengan attitude kasar itu seperti Taiwan, Israel, dan Australia.

"Kenyataannya seperti itu, parlemen di Indonesia jauh lebih kasar karena anggota dewan kita itu dari anggota masyarakat dari berbagai latar, apalagi yang paling banyak justru dari kalangan menengah ke bawah," tuturnya dalam diskusi "Peran dan Fungsi DPR, Harapan dan Kenyataan" di Pusat Tabulasi Nasional di Hotel Borobudur, Jakarta, Minggu (19/4).

Menurut Daniel, perilaku anggota dewan saat ini (hasil pemilu 2004) masih menunjukkan gaya-gaya tradisionalis dalam memandang kekuasaan. Dimana mereka melihat kekuasaan sebagai sesuatu yang personal. "Gaya-gaya seperti bebal, pongah dan angkuh serta sikap yang dibuat-buat itu masih dilakukan, karena mereka masih merasa berkuasa dan memegang kekuasaan, karena mereka masih merasa kuasa itu bersifat personal," jelasnya.

Seharusnya tradisi berpolitik baru, menurut Daniel, dapat dikembangkan oleh anggota dewan yang akan duduk di parlemen nanti. "Yang perlu dilihat perbedaannya, apakah ada tradisi baru yang akan mereka tanamkan, yaitu berpolitik dengan lebih baik, misalnya dalam sidang menunjukkan perilaku yang lebih beretika, selain itu dalam berhubungan dengan pemerintah, dan rapat-rapat konsultasi dengan pemerintah. Anggota dewan boleh marah, asal masih dalam bingkai etika sosial," tuturnya.

Selain itu, parlemen yang lebih baik akan bisa tercapai bila ada iklim yang lebih baik dalam hal menyuarakan hal-hal baru seperti nilai-nilai, etika dan tradisi baru dalam konsep gerakan budaya. "Tapi tak cukup hanya gerakan budaya saja karena harus mengerucut pada gerakan sosial hingga sampai menjadi gerakan politik, baru bisa terbentuk iklim yang sehat," ujarnya.

Sementara itu, menurut pengamat politik dari LIPI Lili Romli, kualitas pendidikan caleg yang ada saat ini tak menjamin kualitas kepribadian caleg. "Kalau pun ada caleg aktivis atau caleg dengan kualitas persona yang bagus justru diusung partai kecil yang tak lolos parliamentary treshold, ya kan enggak masuk ke parlemen," ujarnya.

Menurut Lili, dari data yang dikumpulkannya, ada sekitar 5 ribuan caleg berpendidikan S1, lulusan S2 mencapai 1200-an, sedangkan S3 mencapai sekitar 128 orang. "Masalahnya caleg yang diusung tersebut cenderung ada kaitan dengan kekuatan elite lama, dimana politik dinasti masih berlaku. Misalnya satu keluarga itu menjadi caleg, istri bupati terpilih anggota dewan
ini berarti mandheg-nya sirkulasi elite partai," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com