Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintahan Prabowo-Gibran Diprediksi Mirip Periode Kedua Jokowi

Kompas.com - 30/04/2024, 16:49 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diperkirakan bakal mirip dengan periode pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni minim tekanan dari pihak oposisi jika mereka berhasil merangkul kekuatan yang tadinya berhadapan.

Akan tetapi, pakar Komunikasi Politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai jika kekuatan oposisi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melemah maka tidak ada penyeimbang dan berakibat eksekutif bisa tak terkendali.

"Formula seperti itu kelihatannya akan terjadi di pemerintahan Prabowo-Gibran," ujar Ujang dalam program Rumah Pemilu seperti dikutip dari Kompas TV, Senin (29/4/2024).

"Demokrasi yang sehat ada kekuatan oposisi yang bisa mengawal, mengontrol, mengawasi jalannya pemerintah agar tidak salah jalan. Ini penting karena tanpa oposisi, demokrasi akan mudah dibelokkan, oleh karena itu kita butuh penyeimbang," lanjut Ujang.

Baca juga: MPR Bakal Temui Jokowi hingga Prabowo-Gibran Jelang Transisi Kepemimpinan


Pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi mendapat dukungan dari hampir seluruh partai politik yang duduk di parlemen.

Pada mulanya Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berada di luar pemerintahan. Akan tetapi, pada akhir periode pemerintahan justru Partai Demokrat bergabung dengan pemerintahan.

Menurut Ujang, banyaknya partai politik yang masuk dalam barisan koalisi pendukung pemerintah memang bisa membuat pemerintah Prabowo-Gibran berjalan stabil.

Di sisi lain, koalisi gemuk pemerintahan ini akan berdampak kurangnya kendali dan pengawasan legislatif terhadap pemerintah dan hal itu bisa berdampak negatif.

Ujang mencontohkan pada pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi hampir semua kebijakan pemerintah mendapat dukungan dari parlemen.

Baca juga: Jubir: Pak Jokowi Mentor Pak Prabowo, Itulah Proses “Mempersiapkan”

Dukungan itu termasuk kebijakan yang dianggap tidak pro aspirasi masyarakat, semisal revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pengesahan UU Omnibus Law Cipta Kerja dan revisi UU Minerba.

Dalam pengesahan sejumlah beleid itu, kekuatan partai oposisi yang menentang kalah kuat dengan partai koalisi pendukung pemerintah.

"Ini karena kekuatan Jokowi-Ma'ruf mayoritas di parlemen," ujar Ujang.

Ujang menambahkan, jika nantinya pemerintahan Prabowo-Gibran membuat kebijakan yang tidak berpihak rakyat, akan sulit bagi partai oposisi untuk menentang atau mengkritik kebijakan itu di parlemen.

Sampai saat ini baru PDI Perjuangan yang sudah meyakinkan diri akan berada di luar pemerintahan.

Baca juga: Hadiri HUT Kopassus, Prabowo Batal Dampingi Jokowi Bertemu CEO Microsoft

Sedangkan partai politik di luar Koalisi Indonesia Maju, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai NasDem, PKS dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah membuka jalur komunikasi untuk bergabung di pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Ya mudah-mudahan walaupun formulasinya sama, kekuatan parlemenya sama-sama kuat, tetapi Prabowo-Gibran bisa menjalankan amanah dengan baik, dengan membuat kebijakan yang tidak melukai rakyat," papar Ujang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

Nasional
SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

Nasional
Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com